Al-Qur'an Surat Al-Qasas 1-88 (Bacaan Lengkap, Arab Latin, Terjemahan dan Audio)


Audio Surat Al-Qasas 1-88


1





طٰسۤمّۤ





ā Sīm Mīm.



ā Sīn Mīm.





2





تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِ





Tilka
āyātul-kitābil-mubīn(i).



Itulah ayat-ayat Kitab
(Al-Qur’an) yang jelas.





3





نَتْلُوْا عَلَيْكَ مِنْ نَّبَاِ مُوْسٰى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ
لِقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ





Natlū ‘alaika min
naba'i mūsā wa fir‘auna bil-
aqqi liqaumiy yu'minūn(a).



Kami membacakan kepadamu
sebagian dari kisah Musa dan Fir
ʻaun dengan sebenarnya
untuk kaum beriman.





4





اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا
يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ
نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ





Inna fir‘auna ‘alā
fil-ar
i wa ja‘ala ahlahā syiya‘ay yasta‘ifu ā'ifatam minhum yużabbiu abnā'ahum wa yastayī nisā'ahum, innahū kāna
minal-mufsidīn(a).



Sesungguhnya Firʻaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah-belah. Dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil).
Dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuannya.
Sesungguhnya dia (Fir
ʻaun) termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan.





5





وَنُرِيْدُ اَنْ نَّمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِى
الْاَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ اَىِٕمَّةً وَّنَجْعَلَهُمُ الْوٰرِثِيْنَ ۙ





Wa nurīdu an namunna
‘alal-lażīnastu
‘ifū fil-ari wa naj‘alahum
a'immataw wa naj‘alahumul-wāri
īn(a).



Kami berkehendak untuk
memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu,
menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka orang-orang yang
mewarisi (bumi).





6





وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ
وَجُنُوْدَهُمَا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَحْذَرُوْنَ





Wa numakkina lahum
fil-ar
i wa nuriya fir‘auna wa hāmāna wa junūdahumā
minhum mā kānū ya
żarūn(a).



Kami pun (berkehendak
untuk) meneguhkan kedudukan mereka (Bani Israil) di bumi dan memperlihatkan
kepada Fir
ʻaun, Haman, dan bala tentaranya apa yang
selalu mereka takutkan dari mereka (Bani Israil).
557)



Catatan
Kaki



557) Fir‘aun selalu takut kerajaannya akan
dihancurkan oleh Bani Israil. Oleh karena itu, dia membunuh setiap bayi
laki-laki Bani Israil. Ayat ini menyatakan bahwa apa yang ditakutkannya itu
akan terjadi.





7





وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا
خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ
ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ





Wa auainā ilā mūsā an ari‘īh(i), fa'iżā khifti
‘alaihi fa'alqīhi fil yammi wa lā takhāfī wa lā ta
zanī, innā rāddūhu ilaiki wa jā‘ilūhu minal-mursalīn(a).



Kami mengilhamkan
kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas
(keselamatan)-nya, hanyutkanlah dia ke sungai (Nil dalam sebuah peti yang
mengapung). Janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih. Sesungguhnya
Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang
rasul.”





8





فَالْتَقَطَهٗٓ اٰلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا
وَّحَزَنًاۗ اِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا كَانُوْا خٰطِـِٕيْنَ





Faltaqaahū ālu fir‘auna liyakūna lahum ‘aduwwaw wa azanā(n), inna fir‘auna wa hāmāna wa junūdahumā kānū khāi'īn(a).



Kemudian, keluarga Firʻaun memungutnya agar (kelak) dia menjadi musuh dan (penyebab)
kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir
ʻaun, Haman, dan bala
tentaranya adalah orang-orang salah.





9





وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا
تَقْتُلُوْهُ ۖعَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا
يَشْعُرُوْنَ





Wa qālatimra'atu
fir‘auna qurratu ‘ainil lī wa lak(a), lā taqtulūh(u), ‘asā ay yanfa‘anā au
nattakhiżahū waladaw wa hum lā yasy‘urūn(a).



Istri Firʻaun berkata (kepadanya), “(Anak ini) adalah penyejuk hati bagiku
dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan dia memberi manfaat bagi
kita atau kita mengambilnya sebagai anak.” Mereka tidak menyadari (bahwa anak
itulah, Musa, yang kelak menjadi sebab kebinasaan mereka).





10





وَاَصْبَحَ فُؤَادُ اُمِّ مُوْسٰى فٰرِغًاۗ اِنْ كَادَتْ
لَتُبْدِيْ بِهٖ لَوْلَآ اَنْ رَّبَطْنَا عَلٰى قَلْبِهَا لِتَكُوْنَ مِنَ
الْمُؤْمِنِيْنَ





Wa abaa fu'ādu ummi mūsā fārigā(n), in kādat latubdī
bihī lau lā ar raba
nā ‘alā qalbihā litakūna minal-mu'minīn(a).



Hati ibu Musa menjadi
hampa.
558) Sungguh, hampir saja dia mengungkapkan
(bahwa bayi itu adalah anaknya), seandainya Kami tidak meneguhkan hatinya agar
dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah).



Catatan
Kaki



558) Setelah ibunda Nabi Musa a.s. menghanyutkan
Musa kecil di sungai Nil, dia menyesal dan khawatir anaknya tidak akan selamat.
Ia hampir saja berteriak meminta tolong kepada orang lain untuk mengambil
anaknya itu kembali, suatu tindakan yang dapat membocorkan rahasia bahwa Musa
adalah anaknya sendiri.





11





وَقَالَتْ لِاُخْتِهٖ قُصِّيْهِۗ فَبَصُرَتْ بِهٖ عَنْ جُنُبٍ
وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ۙ





Wa qālat li'ukhtihī quṣṣīh(i), fabaurat bihī ‘an junubiw wa hum lā yasy‘urūn(a).



Dia (ibu Musa) berkata
kepada saudara perempuan Musa, “Ikutilah jejaknya.” Kemudian, dia melihatnya
dari kejauhan, sedangkan mereka (pengikut Fir
ʻaun) tidak
menyadarinya.





12





۞ وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ
اَدُلُّكُمْ عَلٰٓى اَهْلِ بَيْتٍ يَّكْفُلُوْنَهٗ لَكُمْ وَهُمْ لَهٗ نٰصِحُوْنَ





Wa arramnā ‘alaihil-marāi‘a min qablu faqālat
hal adullukum ‘alā ahli baitiy yakfulūnahū lakum wa hum lahū nā
iūn(a).



Kami mencegahnya
(Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(-nya) sebelum
(kembali ke pangkuan ibunya). Berkatalah dia (saudara perempuan Musa), “Maukah
aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat
berlaku baik kepadanya?”





13





فَرَدَدْنٰهُ اِلٰٓى اُمِّهٖ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا
تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا
يَعْلَمُوْنَ ࣖ





Faradadnāhu ilā ummihī
kai taqarra ‘ainuhā wa lā ta
zana wa lita‘lama anna wa‘dallāhi aqquw wa lākinna akarahum lā ya‘lamūn(a).



Lalu, Kami
mengembalikan dia (Musa) kepada ibunya agar senang hatinya serta tidak
bersedih, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.





14





وَلَمَّا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَاسْتَوٰىٓ اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا
وَّعِلْمًاۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ





Wa lammā balaga
asyuddahū wastawā ātaināhu
ukmaw wa ‘ilmā(n), wa każālika najzil-musinīn(a).



Setelah dia (Musa)
dewasa dan sempurna akalnya, Kami menganugerahkan kepadanya hikmah dan
pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
kebajikan.





15





وَدَخَلَ الْمَدِيْنَةَ عَلٰى حِيْنِ غَفْلَةٍ مِّنْ اَهْلِهَا
فَوَجَدَ فِيْهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلٰنِۖ هٰذَا مِنْ شِيْعَتِهٖ وَهٰذَا مِنْ
عَدُوِّهٖۚ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِيْ مِنْ شِيْعَتِهٖ عَلَى الَّذِيْ مِنْ
عَدُوِّهٖ ۙفَوَكَزَهٗ مُوْسٰى فَقَضٰى عَلَيْهِۖ قَالَ هٰذَا مِنْ عَمَلِ
الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِيْنٌ





Wa dakhalal-madīnata
‘alā
īni gaflatim min ahlihā fawajada fīhā
rajulaini yaqtatilān(i), hāżā min syī‘atihī wa hāżā min ‘aduwwih(ī), fastagā
ahul-lażī min syī‘atihī ‘alal-lażī min ‘aduwwih(ī), fawakazahū
mūsā faqa
ā ‘alaih(i), qāla hāżā min ‘amalisy-syaiān(i), innahū ‘aduwwum muillum mubīn(un).



Dia (Musa) masuk ke
kota
559) ketika penduduknya sedang lengah. Dia
mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki yang sedang berkelahi, seorang
dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari golongan musuhnya (kaum
Fir
ʻaun). Orang yang dari golongannya meminta
pertolongan kepadanya untuk (mengalahkan) orang yang dari golongan musuhnya.
Musa lalu memukulnya dan (tanpa sengaja) membunuhnya. Dia berkata, “Ini
termasuk perbuatan setan. Sesungguhnya dia adalah musuh yang jelas-jelas
menyesatkan.”



Catatan
Kaki



559) Menurut sebagian mufasir, kota itu adalah
Memphis yang terletak di Mesir bagian utara.





16





قَالَ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَغَفَرَ
لَهٗ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ





Qāla rabbi innī alamtu nafsī fagfir lī fagafara lah(ū), innahū huwal-gafūrur-raīm(u).



Dia (Musa) berdoa, “Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku.”
Dia (Allah) lalu mengampuninya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.





17





قَالَ رَبِّ بِمَآ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ اَكُوْنَ ظَهِيْرًا
لِّلْمُجْرِمِيْنَ





Qāla rabbi bimā
an‘amta ‘alayya falan akūna
ahīral lil-mujrimīn(a).



Dia (Musa) berkata,
“Ya Tuhanku, karena nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, (tuntunlah
aku) sehingga aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berbuat
durhaka.”





18





فَاَصْبَحَ فِى الْمَدِيْنَةِ خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ فَاِذَا
الَّذِى اسْتَنْصَرَهٗ بِالْاَمْسِ يَسْتَصْرِخُهٗ ۗقَالَ لَهٗ مُوْسٰٓى اِنَّكَ
لَغَوِيٌّ مُّبِيْنٌ





Fa'abaa fil-madīnati khā'ifay yataraqqabu
fa'iżal-lażistan
arahū bil-amsi yastarikhuh(ū), qāla lahū mūsā innaka lagawiyyum mubīn(un).



Karena (peristiwa)
itu, dia (Musa) menjadi ketakutan berada di kota sambil menunggu (akibat dari
apa yang dilakukannya). Tiba-tiba orang yang kemarin meminta pertolongan
berteriak-teriak meminta pertolongan lagi kepadanya. Musa berkata kepadanya,
“Sesungguhnya engkau adalah orang yang jelas-jelas sesat.”





19





فَلَمَّآ اَنْ اَرَادَ اَنْ يَّبْطِشَ بِالَّذِيْ هُوَ عَدُوٌّ
لَّهُمَاۙ قَالَ يٰمُوْسٰٓى اَتُرِيْدُ اَنْ تَقْتُلَنِيْ كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًاۢ
بِالْاَمْسِۖ اِنْ تُرِيْدُ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ جَبَّارًا فِى الْاَرْضِ وَمَا
تُرِيْدُ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْمُصْلِحِيْنَ





Falammā an arāda ay
yab
isya bil-lażī huwa ‘aduwwul lahumā, qāla yā mūsā
aturīdu an taqtulanī kamā qatalta nafsam bil-ams(i), in turīdu illā an takūna
jabbāran fil-ar
i wa mā turīdu an takūna minal-muliīn(a).



Ketika dia (Musa)
hendak memukul orang yang merupakan musuh mereka berdua, dia (musuhnya)
berkata, “Wahai Musa, apakah engkau bermaksud membunuhku sebagaimana kemarin
engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat
sewenang-wenang di negeri (ini) dan tidak bermaksud menjadi salah satu dari
orang-orang yang mengadakan perdamaian.”





20





وَجَاۤءَ رَجُلٌ مِّنْ اَقْصَى الْمَدِيْنَةِ يَسْعٰىۖ قَالَ
يٰمُوْسٰٓى اِنَّ الْمَلَاَ يَأْتَمِرُوْنَ بِكَ لِيَقْتُلُوْكَ فَاخْرُجْ اِنِّيْ
لَكَ مِنَ النّٰصِحِيْنَ





Wa jā'a rajulum min aqal-madīnati yas‘ā, qāla yā mūsā innal-mala'a ya'tamirūna bika
liyaqtulūka fakhruj innī laka minan-nā
iīn(a).



Seorang laki-laki
datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya para
pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu. Maka,
(lekaslah engkau) keluar (dari kota ini). Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang memberi nasihat kepadamu.”





21





فَخَرَجَ مِنْهَا خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ ۖقَالَ رَبِّ نَجِّنِيْ
مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ





Fakharaja minhā
khā'ifay yataraqqab(u), qāla rabbi najjinī minal-qaumi
-ālimīn(a).



Maka, keluarlah dia
(Musa) dari kota itu dengan rasa takut dan waspada. Dia berdoa, “Ya Tuhanku,
selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”





22





وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاۤءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسٰى رَبِّيْٓ اَنْ
يَّهْدِيَنِيْ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ





Wa lammā tawajjaha
tilqā'a madyana qāla ‘asā rabbī ay yahdiyanī sawā'as-sabīl(i).



Ketika menuju ke arah
negeri Madyan,
560) dia (Musa) berdoa, “Semoga Tuhanku
membimbingku ke jalan yang benar.”



Catatan
Kaki



560) Penjelasan tentang Madyan dapat dilihat pada
catatan kaki surah al-A‘rāf (7): 85.





23





وَلَمَّا وَرَدَ مَاۤءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ اُمَّةً مِّنَ
النَّاسِ يَسْقُوْنَ ەۖ وَوَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمُ امْرَاَتَيْنِ تَذُوْدٰنِۚ قَالَ
مَا خَطْبُكُمَا ۗقَالَتَا لَا نَسْقِيْ حَتّٰى يُصْدِرَ الرِّعَاۤءُ وَاَبُوْنَا
شَيْخٌ كَبِيْرٌ





Wa lammā warada mā'a
madyana wajada ‘alaihi ummatam minan-nāsi yasqūn(a), wa wajada min
dūnihimumra'ataini tażūdān(i), qāla mā kha
bukumā, qālatā lā nasqī
attā yudirar-ri‘ā'u wa abūnā
syaikhun kabīr(un).



Ketika sampai di
sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang
memberi minum (ternaknya) dan dia menjumpai di belakang mereka ada dua orang
perempuan sedang menghalau (ternaknya dari sumber air). Dia (Musa) berkata,
“Apa maksudmu (berbuat begitu)?” Kedua (perempuan) itu menjawab, “Kami tidak dapat
memberi minum (ternak kami) sebelum para penggembala itu memulangkan
(ternaknya), sedangkan ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.”





24





فَسَقٰى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلّٰىٓ اِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ
اِنِّيْ لِمَآ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ





Fasaqā lahumā umma tawallā ila-illi faqāla rabbi innī
limā anzalta ilayya min khairin faqīr(un).



Maka, dia (Musa)
memberi minum (ternak) kedua perempuan itu. Dia kemudian berpindah ke tempat
yang teduh, lalu berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu
kebaikan (rezeki) yang Engkau turunkan kepadaku.”





25





فَجَاۤءَتْهُ اِحْدٰىهُمَا تَمْشِيْ عَلَى اسْتِحْيَاۤءٍ ۖقَالَتْ
اِنَّ اَبِيْ يَدْعُوْكَ لِيَجْزِيَكَ اَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَاۗ فَلَمَّا
جَاۤءَهٗ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَۙ قَالَ لَا تَخَفْۗ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ
الظّٰلِمِيْنَ





Fajā'athu idāhumā tamsyī ‘alastiyā'(in), qālat inna abī
yad‘ūka liyajziyaka ajra mā saqaita lanā, falammā jā'ahū wa qa
ṣṣa ‘alaihil-qaa(a), qāla lā takhaf,
najauta minal-qaumi
-ālimīn(a).



Lalu, datanglah kepada
Musa salah seorang dari keduanya itu sambil berjalan dengan malu-malu. Dia
berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai
imbalan atas (kebaikan)-mu memberi minum (ternak) kami.” Ketika (Musa)
mendatanginya dan menceritakan kepadanya kisah (dirinya), dia berkata,
“Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.”





26





قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖاِنَّ خَيْرَ مَنِ
اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ





Qālat idāhumā yā abatista'jirh(u), inna khaira
manista'jartal-qawiyyul-amīn(u).



Salah seorang dari
kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah dia. Sesungguhnya
sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”





27





قَالَ اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ اُنْكِحَكَ اِحْدَى ابْنَتَيَّ
هٰتَيْنِ عَلٰٓى اَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمٰنِيَ حِجَجٍۚ فَاِنْ اَتْمَمْتَ عَشْرًا
فَمِنْ عِنْدِكَۚ وَمَآ اُرِيْدُ اَنْ اَشُقَّ عَلَيْكَۗ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ
شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ





Qāla innī urīdu an
unki
aka idabnatayya hātaini ‘alā
an ta'juranī
amāniya ijaj(in), fa'in
atmamta ‘asyran famin ‘indik(a), wa mā urīdu an asyuqqa ‘alaik(a), satajidunī
in syā'allāhu mina
-āliīn(a).



Dia (ayah kedua
perempuan itu) berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu dengan salah
seorang dari kedua anak perempuanku ini dengan ketentuan bahwa engkau bekerja
padaku selama delapan tahun. Jika engkau menyempurnakannya sepuluh tahun, itu
adalah (suatu kebaikan) darimu. Aku tidak bermaksud memberatkanmu. Insyaallah
engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.”





28





قَالَ ذٰلِكَ بَيْنِيْ وَبَيْنَكَۗ اَيَّمَا الْاَجَلَيْنِ
قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى مَا نَقُوْلُ وَكِيْلٌ ࣖ





Qāla żālika bainī wa
bainak(a), ayyamal-ajalaini qa
aitu falā ‘udwāna ‘alayy(a), wallāhu ‘alā mā
naqūlu wakīl(un).



Dia (Musa) berkata,
“Itu (perjanjian) antara aku dan engkau. Yang mana saja dari kedua waktu yang
ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan atas diriku
(lagi). Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.”





29





۞ فَلَمَّا قَضٰى مُوْسَى الْاَجَلَ وَسَارَ بِاَهْلِهٖٓ اٰنَسَ
مِنْ جَانِبِ الطُّوْرِ نَارًاۗ قَالَ لِاَهْلِهِ امْكُثُوْٓا اِنِّيْٓ اٰنَسْتُ
نَارًا لَّعَلِّيْٓ اٰتِيْكُمْ مِّنْهَا بِخَبَرٍ اَوْ جَذْوَةٍ مِّنَ النَّارِ
لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُوْنَ





Falammā qaā mūsal-ajala wa sāra bi'ahlihī ānasa min jānibi-ūri nārā(n), qāla li'ahlihimkuū innī ānastu nāral la‘allī ātīkum minhā bikhabarin au jażwatim
minan-nāri la‘allakum ta
ṣṭalūn(a).



Maka, ketika Musa
telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan berangkat dengan istrinya,
561) dia melihat api di lereng gunung. Dia berkata kepada
keluarganya, “Tunggulah (di sini). Sesungguhnya aku melihat api. Mudah-mudahan
aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa)
sepercik api agar kamu dapat menghangatkan badan (dekat api).”



Catatan
Kaki



561) Setelah Nabi Musa a.s. menyelesaikan hal yang
dijanjikan kepada mertuanya, Syekh Madyan, ia berangkat bersama istrinya ke
Mesir untuk menjumpai ibunya.





30





فَلَمَّآ اَتٰىهَا نُوْدِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْاَيْمَنِ
فِى الْبُقْعَةِ الْمُبٰرَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ اَنْ يّٰمُوْسٰىٓ اِنِّيْٓ اَنَا
اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ





Falammā atāhā nūdiya
min syā
i'il wādil aimani fil buq‘atil mubārakati
minasy syajarati ay yā mūsā innī anallāhu rabbul-‘ālamīn(a).



Maka, ketika dia
(Musa) mendatangi (api) itu, dia dipanggil dari pinggir lembah di sebelah kanan
(Musa) dari (arah) pohon di sebidang tanah yang diberkahi. “Wahai Musa,
sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.
562)



Catatan
Kaki



562) Di tempat dan saat itulah Nabi Musa a.s.
diangkat sebagai rasul.





31





وَاَنْ اَلْقِ عَصَاكَ ۗفَلَمَّا رَاٰهَا تَهْتَزُّ كَاَنَّهَا
جَاۤنٌّ وَّلّٰى مُدْبِرًا وَّلَمْ يُعَقِّبْۗ يٰمُوْسٰىٓ اَقْبِلْ وَلَا تَخَفْۗ
اِنَّكَ مِنَ الْاٰمِنِيْنَ





Wa alqi ‘aāk(a), falammā ra'āhā tahtazzu ka'annahā jānnuw wallā mudbiraw
wa lam yu‘aqqib, yā mūsā aqbil wa lā takhaf, innaka minal-āminīn(a).



Lemparkanlah
tongkatmu!” Maka, ketika dia (Musa) melihatnya bergerak-gerak seperti seekor
ular kecil yang gesit, dia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Allah
berfirman,) “Wahai Musa, kemarilah dan jangan takut! Sesungguhnya engkau
termasuk orang-orang yang aman.
563)



Catatan
Kaki



563) Kisah serupa terdapat pada surah āhā (20): 20.





32





اُسْلُكْ يَدَكَ فِيْ جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاۤءَ مِنْ غَيْرِ
سُوْۤءٍ ۖوَّاضْمُمْ اِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ فَذٰنِكَ بُرْهَانٰنِ مِنْ
رَّبِّكَ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا فٰسِقِيْنَ





Usluk yadaka fī
jaibika takhruj bai
ā'a min gairi sū'(in), wamum ilaika janāaka minar-rahbi fażānika burhānāni mir rabbika
ilā fir‘auna wa mala'ih(ī), innahum kānū qauman fāsiqīn(a).



Masukkanlah tanganmu
ke leher bajumu, ia akan keluar (dalam keadaan bercahaya) putih bukan karena
cacat. Dekapkanlah kedua tanganmu jika engkau takut. Itulah dua mukjizat dari
Tuhanmu (yang akan engkau tunjukkan) kepada Fir
ʻaun dan para
pembesarnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.”





33





قَالَ رَبِّ اِنِّيْ قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا فَاَخَافُ اَنْ
يَّقْتُلُوْنِ





Qāla rabbi innī
qataltu minhum nafsan fa'akhāfu ay yaqtulūn(i).



(Musa)
berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang dari mereka
sehingga aku takut mereka akan membunuhku.





34





وَاَخِيْ هٰرُوْنُ هُوَ اَفْصَحُ مِنِّيْ لِسَانًا فَاَرْسِلْهُ
مَعِيَ رِدْءًا يُّصَدِّقُنِيْٓ ۖاِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يُّكَذِّبُوْنِ





Wa akhī hārūnu huwa afau minnī lisānan fa'arsilhu ma‘iya rid'ay yuaddiqunī, innī akhāfu ay yukażżibūn(i).



Adapun saudaraku
Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku.
564) Maka, utuslah
dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)-ku. Sesungguhnya
aku takut mereka akan mendustakanku.”



Catatan
Kaki



564) Selain segan kepada Fir‘aun, Nabi Musa a.s.
juga merasa kurang lancar berbicara. Maka, dia memohon kepada Allah Swt. agar
mengutus Harun a.s. yang lebih lancar berbicara untuk menjadi nabi bersamanya.





35





قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِاَخِيْكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطٰنًا
فَلَا يَصِلُوْنَ اِلَيْكُمَا ۛبِاٰيٰتِنَا ۛ اَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا
الْغٰلِبُوْنَ





Qāla sanasyuddu ‘audaka bi'akhīka wa naj‘alu lakumā sulānan falā yailūna ilaikumā - bi'āyātinā - antumā wa
manittaba‘akumal-gālibūn(a).



Dia (Allah) berfirman,
“Kami akan menguatkanmu dengan saudaramu dan Kami akan berikan kepadamu berdua
hujah (mukjizat). Maka, mereka tidak akan dapat mencapaimu. (Berangkatlah kamu
berdua) dengan membawa mukjizat Kami. Kamu berdua dan orang yang mengikutimu
adalah para pemenang.”





36





فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مُّوْسٰى بِاٰيٰتِنَا بَيِّنٰتٍ قَالُوْا مَا
هٰذَآ اِلَّا سِحْرٌ مُّفْتَرًىۙ وَّمَا سَمِعْنَا بِهٰذَا فِيْٓ اٰبَاۤىِٕنَا
الْاَوَّلِيْنَ





Falammā jā'ahum mūsā
bi'āyātinā bayyinātin qālū mā hāżā illā si
rum muftarā(n), wa mā
sami‘nā bihāżā fī ābā'inal-awwalīn(a).



Ketika Musa mendatangi
mereka (Fir
ʻaun dan pengikutnya) dengan (membawa) mukjizat
Kami yang nyata, mereka berkata, “Ini hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami
tidak pernah mendengar (ajakan) ini dari nenek moyang kami dahulu.”





37





وَقَالَ مُوْسٰى رَبِّيْٓ اَعْلَمُ بِمَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى مِنْ
عِنْدِهٖ وَمَنْ تَكُوْنُ لَهٗ عَاقِبَةُ الدَّارِۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ
الظّٰلِمُوْنَ





Wa qāla mūsā rabbī
a‘lamu biman jā'a bil-hudā min ‘indihī wa man takūnu lahū ‘āqibatud-dār(i),
innahū lā yufli
u-ālimūn(a).



Musa menjawab,
“Tuhanku lebih mengetahui siapa yang (pantas) membawa petunjuk dari sisi-Nya
dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di akhirat. Sesungguhnya
orang-orang zalim itu tidak beruntung.”





38





وَقَالَ فِرْعَوْنُ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ
مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرِيْۚ فَاَوْقِدْ لِيْ يٰهَامٰنُ عَلَى الطِّيْنِ فَاجْعَلْ
لِّيْ صَرْحًا لَّعَلِّيْٓ اَطَّلِعُ اِلٰٓى اِلٰهِ مُوْسٰىۙ وَاِنِّيْ
لَاَظُنُّهٗ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ





Wa qāla fir‘aunu yā
ayyuhal-mala'u mā ‘alimtu lakum min ilāhin gairī, fa'auqid lī yā hāmānu ‘ala
-īni faj‘al lī aral la‘allī aṭṭali‘u ilā ilāhi mūsā, wa innī la'aunnuhū minal-kāżibīn(a).



Firʻaun berkata, “Wahai para pembesar, aku tidak mengetahui ada
Tuhan bagimu selainku. Wahai Haman, bakarlah tanah liat untukku (untuk membuat
batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat
naik melihat Tuhannya Musa! Sesungguhnya aku yakin bahwa dia termasuk para
pendusta.”





39





وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُوْدُهٗ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ
وَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ اِلَيْنَا لَا يُرْجَعُوْنَ





Wastakbara huwa wa
judūduhū fil-ar
i bigairil-aqqi wa annū annahum ilainā lā yurja‘ūn(a).



Dia (Firʻaun) dan bala tentaranya bersikap sombong di bumi tanpa (alasan
yang) benar. Mereka mengira bahwa sesungguhnya mereka tidak akan dikembalikan
kepada Kami.





40





فَاَخَذْنٰهُ وَجُنُوْدَهٗ فَنَبَذْنٰهُمْ فِى الْيَمِّ ۚفَانْظُرْ
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظّٰلِمِيْنَ





Fa'akhażnāhu wa
junūdahū fanabażnāhum fil-yamm(i), fan
ur kaifa kāna ‘āqibatu-ālimīn(a).



Kami menghukum dia
(Fir
ʻaun) dan bala tentaranya. Kami menenggelamkan
mereka ke dalam laut. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang zalim.





41





وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّدْعُوْنَ اِلَى النَّارِۚ وَيَوْمَ
الْقِيٰمَةِ لَا يُنْصَرُوْنَ





Wa ja‘alnāhum
a'immatay yad‘ūna ilan-nār(i), wa yaumal-qiyāmati lā yun
arūn(a).



Kami menjadikan mereka
(Fir
ʻaun dan bala tentaranya) para pemimpin yang
mengajak (manusia) ke neraka. Pada hari Kiamat mereka tidak akan ditolong.





42





وَاَتْبَعْنٰهُمْ فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً ۚوَيَوْمَ
الْقِيٰمَةِ هُمْ مِّنَ الْمَقْبُوْحِيْنَ ࣖ





Wa atba‘nāhum fī
hāżihid-dun-yā la‘nah(tan), wa yaumal-qiyāmati hum minal-maqbū
īn(a).



Kami memperikutkan
laknat kepada mereka di dunia ini dan pada hari Kiamat mereka termasuk
orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).





43





وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِ مَآ
اَهْلَكْنَا الْقُرُوْنَ الْاُوْلٰى بَصَاۤىِٕرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَّرَحْمَةً
لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ





Wa laqad ātainā
mūsal-kitāba mim ba‘di mā ahlaknal-qurūnal ūlā ba
ā'ira lin-nāsi wa
hudaw wa ra
matal la‘allahum yatażakkarūn(a).



Sungguh, Kami
benar-benar menganugerahkan kepada Musa Kitab (Taurat) setelah Kami
membinasakan generasi terdahulu sebagai penerang, petunjuk, dan rahmat bagi
manusia agar mereka mendapat pelajaran.





44





وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ اِذْ قَضَيْنَآ اِلٰى
مُوْسَى الْاَمْرَ وَمَا كُنْتَ مِنَ الشّٰهِدِيْنَ ۙ





Wa mā kunta
bijānibil-garbiyyi iż qa
ainā ilā mūsal-amra wa mā kunta minasy-syāhidīn(a).



Engkau (Nabi Muhammad)
tidak berada di sebelah barat (lembah suci Tuwa) ketika Kami menyampaikan
risalah kepada Musa. Engkau tidak (pula) termasuk orang-orang yang menyaksikan
(kejadian itu).





45





وَلٰكِنَّآ اَنْشَأْنَا قُرُوْنًا فَتَطَاوَلَ عَلَيْهِمُ
الْعُمُرُۚ وَمَا كُنْتَ ثَاوِيًا فِيْٓ اَهْلِ مَدْيَنَ تَتْلُوْا عَلَيْهِمْ
اٰيٰتِنَاۙ وَلٰكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِيْنَ





Wa lākinnā ansya'nā
qurūnan fata
āwala ‘alaihimul-‘umur(u), wa mā kunta āwiyan fī ahli madyana tatlū ‘alaihim āyātinā, wa lākinnā kunnā
mursilīn(a).



Akan tetapi, Kami
telah menciptakan beberapa umat dan telah berlalu atas mereka masa yang
panjang. Engkau (Nabi Muhammad) tidak pula tinggal bersama-sama penduduk
Madyan, (sehingga dapat) membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Akan tetapi,
Kamilah pengutus (para rasul).





46





وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الطُّوْرِ اِذْ نَادَيْنَا وَلٰكِنْ
رَّحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اَتٰىهُمْ مِّنْ نَّذِيْرٍ
مِّنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ





Wa mā kunta bijānibi-ūri iż nādainā wa lākir ramatam mir rabbika litunżira qaumam mā atāhum min nażīrim min
qablika la‘allahum yatażakkarūn(a).



Engkau (Nabi Muhammad)
tidak pula berada di dekat gunung (Sinai) ketika Kami memanggil (Musa). Akan
tetapi, (engkau mengetahuinya) semata-mata karena rahmat dari Tuhanmu agar
engkau memberi peringatan kepada kaum yang belum didatangi oleh seorang pun
pemberi peringatan sebelum engkau agar mereka mendapat pelajaran.





47





وَلَوْلَآ اَنْ تُصِيْبَهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۢبِمَا قَدَّمَتْ
اَيْدِيْهِمْ فَيَقُوْلُوْا رَبَّنَا لَوْلَآ اَرْسَلْتَ اِلَيْنَا رَسُوْلًا
فَنَتَّبِعَ اٰيٰتِكَ وَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ





Wa lau lā an tuībahum muībatum bimā qaddamat aidīhim fayaqūlū rabbanā
lau lā arsalta ilainā rasūlan fanattabi‘a āyātika wa nakūna minal-mu'minīn(a).



Seandainya saja saat
ditimpa azab karena apa yang mereka kerjakan mereka tidak berdalih dengan
mengatakan, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada
kami agar kami mengikuti ayat-ayat-Mu dan termasuk orang-orang mukmin?” (Maka,
tidak akan ada rasul yang diutus.)





48





فَلَمَّا جَاۤءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوْا لَوْلَآ
اُوْتِيَ مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ مُوْسٰىۗ اَوَلَمْ يَكْفُرُوْا بِمَآ اُوْتِيَ
مُوْسٰى مِنْ قَبْلُۚ قَالُوْا سِحْرٰنِ تَظٰهَرَاۗ وَقَالُوْٓا اِنَّا بِكُلٍّ
كٰفِرُوْنَ





Falammā jā'ahumul-aqqu min ‘indinā qālū lau lā ūtiya mila mā ūtiya mūsā, awalam yakfurū bimā ūtiya mūsā min qabl(u), qālū
si
rāni taāharā, wa qālū innā
bikullin kāfirūn(a).



Ketika telah datang
kepada mereka kebenaran (Al-Qur’an) dari sisi Kami, mereka berkata, “Mengapa
tidak diberikan kepadanya (Nabi Muhammad mukjizat) seperti apa yang telah
diberikan kepada Musa?” Bukankah mereka itu telah ingkar kepada apa yang
diberikan kepada Musa dahulu? Mereka berkata, “(Al-Qur’an dan Taurat adalah)
dua (kitab) sihir yang saling menguatkan.” Mereka (juga) berkata, “Sesungguhnya
kami mengingkari keduanya.”





49





قُلْ فَأْتُوْا بِكِتٰبٍ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ هُوَ اَهْدٰى
مِنْهُمَآ اَتَّبِعْهُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ





Qul fa'tū bikitābim
min ‘indillāhi huwa ahdā minhumā attabi‘hu in kuntum
ādiqīn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Datangkanlah sebuah kitab dari sisi Allah yang lebih banyak memberi
petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al-Qur’an), niscaya aku mengikutinya,
jika kamu orang-orang benar.”





50





فَاِنْ لَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ اَنَّمَا
يَتَّبِعُوْنَ اَهْوَاۤءَهُمْۗ وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوٰىهُ بِغَيْرِ
هُدًى مِّنَ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ





Fa illam yastajībū
laka fa‘lam annamā yattabi‘ūna ahwā'ahum, wa man a
allu mimmanittaba‘a hawāhu bigairi hudam minallāh(i), innallāha
lā yahdil-qauma
-ālimīn(a).



Jika mereka tidak
menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu
mereka. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya
tanpa mendapat petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang zalim.





51





۞ وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُوْنَ ۗ





Wa laqad waṣṣalnā lahumul-qaula la‘allahum yatażakkarūn(a).



Sungguh, Kami
benar-benar telah menurunkan perkataan itu (Al-Qur’an) secara berkesinambungan
untuk mereka agar selalu mengingat(-nya).





52





اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِهٖ هُمْ بِهٖ
يُؤْمِنُوْنَ





Allażīna
ātaināhumul-kitāba min qablihī hum bihī yu'minūn(a).



Orang-orang yang telah
Kami anugerahkan kepada mereka Alkitab sebelum Al-Qur’an, mereka beriman (pula)
kepadanya (Al-Qur’an).





53





وَاِذَا يُتْلٰى عَلَيْهِمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِهٖٓ اِنَّهُ
الْحَقُّ مِنْ رَّبِّنَآ اِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهٖ مُسْلِمِيْنَ





Wa iżā yutlā ‘alaihim
qālū āmannā bihī innahul-
aqqu mir rabbinā innā kunnā min qablihī
muslimīn(a).



Apabila (Al-Qur’an)
dibacakan kepada mereka, mereka berkata, “Kami beriman kepadanya. Sesungguhnya
(Al-Qur’an) itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. Sesungguhnya sebelum
ini kami adalah orang-orang muslim.”





54





اُولٰۤىِٕكَ يُؤْتَوْنَ اَجْرَهُمْ مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوْا
وَيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ





Ulā'ika yu'tauna
ajrahum marrataini bimā
abarū wa yadra'ūna bil-asanatis-sayyi'ata wa mimmā razaqnāhum yunfiqūn(a).



Mereka itu diberi
pahala dua kali (pahala beriman pada Taurat dan Al-Qur’an) disebabkan kesabaran
mereka. Mereka menolak kejahatan dengan kebaikan dan menginfakkan sebagian
rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada mereka.





55





وَاِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ اَعْرَضُوْا عَنْهُ وَقَالُوْا لَنَآ
اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْ ۖسَلٰمٌ عَلَيْكُمْ ۖ لَا نَبْتَغِى
الْجٰهِلِيْنَ





Wa iżā sami‘ul-lagwa
a‘ra
ū ‘anhu wa qālū lanā a‘mālunā wa lakum a‘mālukum,
salāmun ‘alaikum, lā nabtagil-jāhilīn(a).



Apabila mendengar
perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami
amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan
tercurah kepadamu), kami tidak ingin (bergaul dengan) orang-orang bodoh.”





56





اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ
مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ





Innaka lā tahdī man ababta wa lākinnallāha yahdī may yasyā'(u), wa huwa a‘lamu
bil-muhtadīn(a).



Sesungguhnya engkau
(Nabi Muhammad) tidak (akan dapat) memberi petunjuk kepada orang yang engkau
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki
(berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Dia paling tahu tentang
orang-orang yang (mau) menerima petunjuk.





57





وَقَالُوْٓا اِنْ نَّتَّبِعِ الْهُدٰى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ
اَرْضِنَاۗ اَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَّهُمْ حَرَمًا اٰمِنًا يُّجْبٰٓى اِلَيْهِ
ثَمَرٰتُ كُلِّ شَيْءٍ رِّزْقًا مِّنْ لَّدُنَّا وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا
يَعْلَمُوْنَ





Wa qālū in
natabi‘il-hudā ma‘aka nutakha
ṭṭaf min arinā, awalam numakkil
lahum
araman āminay yujbā ilaihi amarātu kulli syai'ir rizqam mil ladunnā wa lākinna akarahum lā ya‘lamūn(a).



Mereka berkata, “Jika
mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.”
(Allah berfirman,) “Bukankah Kami telah mengukuhkan kedudukan mereka di tanah
haram yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam
(tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami?” Akan tetapi,
kebanyakan mereka tidak mengetahui.





58





وَكَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ ۢ بَطِرَتْ مَعِيْشَتَهَا
ۚفَتِلْكَ مَسٰكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِّنْۢ بَعْدِهِمْ اِلَّا قَلِيْلًاۗ
وَكُنَّا نَحْنُ الْوٰرِثِيْنَ





Wa kam ahlaknā min
qaryatim ba
irat ma‘īsyatahā, fatilka masākinuhum lam
tuskam mim ba‘dihim illā qalīlā(n), wa kunnā na
nul-wāriīn(a).



Betapa banyak
(penduduk) negeri yang telah Kami binasakan karena kesenangan hidup membuatnya
lalai. Maka, itulah tempat tinggal mereka yang tidak didiami (lagi) setelah
mereka, kecuali sebagian kecil. Kamilah yang mewarisinya.
565)



Catatan
Kaki



565) Setelah penduduknya hancur, tempat itu
menjadi kosong dan tidak dimakmurkan lagi sehingga akhirnya kembali kepada
pemiliknya yang hakiki, Allah Swt.





59





وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرٰى حَتّٰى يَبْعَثَ فِيْٓ
اُمِّهَا رَسُوْلًا يَّتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِنَاۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِى
الْقُرٰىٓ اِلَّا وَاَهْلُهَا ظٰلِمُوْنَ





Wa mā kāna rabbuka
muhlikal-qurā
attā yab‘aa fī ummihā rasūlay
yatlū ‘alaihim āyātinā, wa mā kunnā muhlikil-qurā illā wa ahluhā
ālimūn(a).



Tuhanmu tidak akan
membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya
yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Tidak pernah (pula) Kami
membinasakan (penduduk) negeri-negeri, kecuali penduduknya dalam keadaan zalim.





60





وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا
وَزِيْنَتُهَا ۚوَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ࣖ





Wa mā ūtītum min
syai'in famatā‘ul-
ayātid-dun-yā wa zīnatuhā, wa mā ‘indallāhi
khairuw wa abqā, afalā ta‘qilūn(a).



Apa pun yang
dianugerahkan (Allah) kepadamu, itu adalah kesenangan hidup duniawi dan
perhiasannya, sedangkan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih
kekal. Apakah kamu tidak mengerti?





61





اَفَمَنْ وَّعَدْنٰهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَاقِيْهِ كَمَنْ
مَّتَّعْنٰهُ مَتَاعَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مِنَ
الْمُحْضَرِيْنَ





Afamaw wa‘adnāhu
wa‘dan
asanan fahuwa lāqīhi kamam matta‘nāhu matā‘al-ayātid-dun-yā umma huwa yaumal-qiyāmati minal-muḥḍarīn(a).



Maka, apakah orang
yang Kami janjikan kepadanya janji yang baik (surga) lalu dia memperolehnya
sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kesenangan hidup duniawi
566) kemudian pada hari Kiamat dia termasuk orang-orang yang
diseret (ke dalam neraka)?



Catatan
Kaki



566) Mereka adalah orang yang diberi kenikmatan
duniawi, tetapi tidak menggunakannya untuk mencari kebahagiaan akhirat. Di
akhirat nanti dia akan diseret ke dalam neraka.





62





وَيَوْمَ يُنَادِيْهِمْ فَيَقُوْلُ اَيْنَ شُرَكَاۤءِيَ الَّذِيْنَ
كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ





Wa yauma yunādīhim
fayaqūlu aina syurakā'iyal-lażīna kuntum taz‘umūn(a).



(Ingatlah)
hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka dan berfirman, “Di manakah
sekutu-sekutu-Ku yang dahulu selalu kamu sangkakan?”





63





قَالَ الَّذِيْنَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ رَبَّنَا هٰٓؤُلَاۤءِ
الَّذِيْنَ اَغْوَيْنَاۚ اَغْوَيْنٰهُمْ كَمَا غَوَيْنَاۚ تَبَرَّأْنَآ اِلَيْكَ
مَا كَانُوْٓا اِيَّانَا يَعْبُدُوْنَ





Wa qālal-lażīna aqqa ‘alaihimul-qaulu rabbanā hā'ulā'il-lażīna agwainā, agwaināhum
kamā gawainā, tabarra'nā ilaika mā kānū iyyānā ya‘budūn(a).



Orang-orang yang sudah
pasti akan mendapatkan hukuman (tokoh-tokoh musyrik) berkata, “Ya Tuhan kami,
mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu. Kami telah menyesatkan mereka
sebagaimana kami (sendiri) sesat. Kami menyatakan kepada Engkau berlepas diri
(dari mereka). Mereka sekali-kali tidaklah menyembah kami.”





64





وَقِيْلَ ادْعُوْا شُرَكَاۤءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ
يَسْتَجِيْبُوْا لَهُمْ ۗوَرَاَوُا الْعَذَابَۚ لَوْ اَنَّهُمْ كَانُوْا
يَهْتَدُوْنَ





Wa qīlad‘ū
syurakā'akum fada‘auhum falam yastajībū lahum wa ra'awul-‘ażāb(a), lau annahum
kānū yahtadūn(a).



Dikatakan (kepada
mereka), “Serulah sekutu-sekutumu.” Mereka pun menyerunya, tetapi (yang diseru)
tidak menyambutnya. Mereka melihat azab. (Mereka berkeinginan) seandainya
mereka dahulu (mau) menerima petunjuk.





65





وَيَوْمَ يُنَادِيْهِمْ فَيَقُوْلُ مَاذَآ اَجَبْتُمُ
الْمُرْسَلِيْنَ





Wa yauma yunādīhim
fayaqūlu māżā ajabtumul-mursalīn(a).



(Ingatlah)
hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka lalu berfirman, “Apa jawabanmu terhadap
para rasul?”





66





فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ الْاَنْۢبَاۤءُ يَوْمَىِٕذٍ فَهُمْ لَا
يَتَسَاۤءَلُوْنَ





Fa ‘amiyat
‘alaihimul-ambā'u yauma'iżin fahum lā yatasā'alūn(a).



Maka, tertutuplah bagi
mereka segala macam alasan pada hari itu. Oleh karena itu, mereka tidak saling
bertanya.





67





فَاَمَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسٰٓى اَنْ
يَّكُوْنَ مِنَ الْمُفْلِحِيْنَ





Fa ammā man tāba wa
āmana wa ‘amila
ālian fa‘asā ay yakūna
minal-mufli
īn(a).



Adapun orang yang
bertobat, beriman, dan beramal saleh mudah-mudahan termasuk orang-orang yang
beruntung.





68





وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ وَيَخْتَارُ ۗمَا كَانَ لَهُمُ
الْخِيَرَةُ ۗسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ





Wa rabbuka yakhluqu mā
yasyā'u wa yakhtār(u), mā kāna lahumul-khiyarah(tu), sub
ānallāhi wa ta‘ālā ‘ammā yusyrikūn(a).



Tuhanmu menciptakan
dan memilih apa yang Dia kehendaki. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka.
Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.





69





وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُوْرُهُمْ وَمَا يُعْلِنُوْنَ





Wa rabbuka ya‘lamu mā
tukinnu
udūruhum wa mā yu‘linūn(a).



Tuhanmu mengetahui apa
yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan.





70





وَهُوَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ لَهُ الْحَمْدُ فِى
الْاُوْلٰى وَالْاٰخِرَةِ ۖوَلَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ





Wa huwallāhu lā ilāha
illā huw(a), lahul-
amdu fil-ūlā wal-ākhirah(ti), wa lahul-ukmu wa ilaihi turja‘ūn(a).



Dialah Allah, tidak
ada tuhan selain Dia. Bagi-Nya segala puji di dunia dan di akhirat dan bagi-Nya
(pula) segala putusan. Hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.





71





قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ جَعَلَ اللّٰهُ عَلَيْكُمُ الَّيْلَ
سَرْمَدًا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَنْ اِلٰهٌ غَيْرُ اللّٰهِ يَأْتِيْكُمْ
بِضِيَاۤءٍ ۗ اَفَلَا تَسْمَعُوْنَ





Qul ara'aitum in
ja‘alallāhu ‘alaikumul-laila sarmadan ilā yaumil-qiyāmati man ilāhun gairullāhi
ya'tīkum bi
iyā'(in), afalā tasma‘ūn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Bagaimana pendapatmu jika Allah menjadikan untukmu malam itu
terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan
mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?”





72





قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ جَعَلَ اللّٰهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ
سَرْمَدًا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَنْ اِلٰهٌ غَيْرُ اللّٰهِ يَأْتِيْكُمْ
بِلَيْلٍ تَسْكُنُوْنَ فِيْهِ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ





Qul ara'aitum in
ja‘alallāhu ‘alaikumun-nahāra sarmadan ilā yaumil-qiyāmati man ilāhun
gairullāhi ya'tīkum bilailin taskunūna fīh(i), afalā tub
irūn(a).



Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Bagaimana pendapatmu jika Allah menjadikan untukmu siang itu
terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan
mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak
memperhatikan?”





73





وَمِنْ رَّحْمَتِهٖ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ
لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ





Wa mir ramatihī ja‘ala lakumul-laila wan-nahāra litaskunū fīhi wa
litabtagū min fa
lihī wa la‘allakum tasykurūn(a).



Berkat rahmat-Nya, Dia
jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada malam hari, agar
kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari), dan agar kamu bersyukur
kepada-Nya.





74





وَيَوْمَ يُنَادِيْهِمْ فَيَقُوْلُ اَيْنَ شُرَكَاۤءِيَ الَّذِيْنَ
كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ





Wa yauma yunādīhim
fayaqūlu aina syurakā'iyal-lażīna kuntum taz‘umūn(a).



(Ingatlah)
hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka dengan berfirman, “Di manakah
sekutu-sekutu-Ku yang dahulu selalu kamu sangkakan?”





75





وَنَزَعْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍ شَهِيْدًا فَقُلْنَا هَاتُوْا
بُرْهَانَكُمْ فَعَلِمُوْٓا اَنَّ الْحَقَّ لِلّٰهِ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا
كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ ࣖ





Wa naza‘nā min kulli
ummatin syahīdan faqulnā hātū burhānakum fa‘alimū annal-
aqqa lillāhi wa alla ‘anhum mā kānū yaftarūn(a).



Kami datangkan dari
setiap umat seorang saksi,
567) lalu Kami katakan, “Kemukakanlah bukti
kebenaranmu!” Maka, tahulah mereka bahwa yang hak itu milik Allah dan lenyaplah
dari mereka apa yang dahulu mereka ada-adakan.



Catatan
Kaki



567) Yang dimaksud dengan saksi pada ayat ini
adalah rasul yang telah diutus kepada mereka ketika di dunia.





76





۞ اِنَّ قَارُوْنَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوْسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْ
ۖوَاٰتَيْنٰهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَآ اِنَّ مَفَاتِحَهٗ لَتَنُوْۤاُ بِالْعُصْبَةِ
اُولِى الْقُوَّةِ اِذْ قَالَ لَهٗ قَوْمُهٗ لَا تَفْرَحْ اِنَّ اللّٰهَ لَا
يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ





Inna qārūna kāna min
qaumi mūsā fabagā ‘alaihim, wa ātaināhu minal-kunūzi mā inna mafāti
ahū latanū'u bil-‘ubati ulil-quwwah(ti),
iż qāla lahū qaumuhū lā tafra
, innallāha lā yuibbul-fariīn(a).



Sesungguhnya Qarun
termasuk kaum Musa,
568) tetapi dia berlaku aniaya terhadap
mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang
kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.
(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.



Catatan
Kaki



568) Qarun adalah saudara sepupu Nabi Musa a.s.





77





وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا
تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ
وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ
الْمُفْسِدِيْنَ





Wabtagi fīmā
ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa na
ībaka minad-dun-yā wa
a
sin kama asanallāhu ilaika wa lā
tabgil-fasāda fil-ar
(i), innallāha lā yuibbul-mufsidīn(a).



Dan, carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi
janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuatbaiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”





78





قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْۗ اَوَلَمْ
يَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهٖ مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ
اَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَّاَكْثَرُ جَمْعًا ۗوَلَا يُسْـَٔلُ عَنْ ذُنُوْبِهِمُ
الْمُجْرِمُوْنَ





Qāla innamā ūtītuhū
‘alā ‘ilmin ‘indī, awalam ya‘lam annallāha qad ahlaka min qablihī minal-qurūni
man huwa asyaddu minhu quwwataw wa ak
aru jam‘ā(n), wa lā
yus'alu ‘an żunūbihimul-mujrimūn(a).



Dia (Qarun) berkata,
“Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku.”
Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah telah membinasakan generasi
sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta?
Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.





79





فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖ ۗقَالَ الَّذِيْنَ
يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ
قَارُوْنُۙ اِنَّهٗ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ





Fa kharaja ‘alā
qaumihī fī zīnatih(ī), qālal-lażīna yurīdūnal-
ayātad-dun-yā yā laita
lanā mi
la mā ūtiya qārūn(u), innahū lażū aẓẓin ‘aīm(in).



Maka, keluarlah dia
(Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan
kehidupan dunia berkata, “Andaikata kita mempunyai harta kekayaan seperti yang
telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya dia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar.”





80





وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللّٰهِ
خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ۚوَلَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا
الصّٰبِرُوْنَ





Wa qālal-lażīna
ūtul-‘ilma wailakum
awābullāhi khairul liman āmana wa ‘amila āliā(n), wa lā yulaqqāhā illa-ābirūn(a).



Orang-orang yang
dianugerahi ilmu berkata, “Celakalah kamu! (Ketahuilah bahwa) pahala Allah
lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. (Pahala yang besar)
itu hanya diperoleh orang-orang yang sabar.”





81





فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ الْاَرْضَ ۗفَمَا كَانَ لَهٗ مِنْ
فِئَةٍ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖوَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ





Fakhasafnā bihī wa
bidārihil-ar
(a), famā kāna lahū min fi'atiy yanurūnahū min dūnillāh(i), wa mā kāna minal-muntairīn(a).



Lalu, Kami benamkan
dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya satu
golongan pun yang akan menolongnya selain Allah dan dia tidak termasuk
orang-orang yang dapat membela diri.





82





وَاَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهٗ بِالْاَمْسِ
يَقُوْلُوْنَ وَيْكَاَنَّ اللّٰهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ
عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُۚ لَوْلَآ اَنْ مَّنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا
ۗوَيْكَاَنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ ࣖ





Wa abaal-lażīna tamannau makānahū bil-amsi yaqūlūna
waika'annallāha yabsu
ur-rizqa limay yasyā'u min ‘ibādihī wa
yaqdir(u), lau lā am mannallāhu ‘alainā lakhasafa binā, waika'annahū lā yufli
ul-kāfirūn(a).



Orang-orang yang
kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu berkata, “Aduhai, benarlah
Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari para hamba-Nya dan
Dia (juga) yang menyempitkan (rezeki bagi mereka). Seandainya Allah tidak
melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula.
Aduhai, benarlah tidak akan beruntung orang-orang yang ingkar (terhadap
nikmat).”





83





تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا
يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۗوَالْعَاقِبَةُ
لِلْمُتَّقِيْنَ





Tilkad-dārul-ākhiratu
naj‘aluhā lil-lażīna lā yurīdūna ‘uluwwan fil-ar
i wa lā fasādā(n),
wal-‘āqibatu lil-muttaqīn(a).



Negeri akhirat itu
Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat
kerusakan di bumi. Kesudahan (yang baik, yakni surga) itu (disediakan) bagi
orang-orang yang bertakwa.





84





مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ خَيْرٌ مِّنْهَاۚ وَمَنْ جَاۤءَ
بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِيْنَ عَمِلُوا السَّيِّاٰتِ اِلَّا مَا
كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ





Man jā'a bil-asanati falahū khairum minhā, wa man jā'a bis-sayyi'ati falā
yujzal-lażīna ‘amilus-sayyi'āti illā mā kānū ya‘malūn(a).



Siapa yang datang
dengan (membawa) kebaikan, baginya (pahala) yang lebih baik daripada
kebaikannya itu. Siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang
yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa
yang selalu mereka kerjakan.





85





اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى
مَعَادٍ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ مَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى وَمَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ
مُّبِيْنٍ





Innal-lażī faraa ‘alaikal-qur'āna larādduka ilā ma‘ād(in), qur rabbī a‘lamu man
jā'a bil-hudā wa man huwa fī
alālim mubīn(in).



Sesungguhnya (Allah)
yang mewajibkan engkau (Nabi Muhammad untuk menyampaikan dan berpegang teguh
pada) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali.
569) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tuhanku paling mengetahui
siapa yang membawa petunjuk dan siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.”



Catatan
Kaki



569) Yang dimaksud dengan tempat kembali adalah
kota Makkah. Allah Swt. berjanji bahwa Nabi Muhammad saw. akan kembali ke
Makkah sebagai orang yang menang. Peristiwa ini terjadi pada tahun kedelapan
Hijriah, pada waktu Nabi saw. menaklukkan Makkah. Inilah salah satu mukjizat
Nabi Muhammad saw.





86





وَمَا كُنْتَ تَرْجُوْٓا اَنْ يُّلْقٰٓى اِلَيْكَ الْكِتٰبُ اِلَّا
رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ ظَهِيْرًا لِّلْكٰفِرِيْنَ ۖ





Wa mā kunta tarjū ay
yulqā ilaikal-kitābu illā ra
matam mir rabbika falā takūnanna ahīral lil-kāfirīn(a).



Engkau tidak pernah
mengharap agar Kitab (Al-Qur’an) itu diturunkan kepadamu, tetapi ia
(diturunkan) sebagai rahmat dari Tuhanmu. Oleh sebab itu, janganlah engkau
sekali-kali menjadi penolong bagi orang-orang kafir.





87





وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ بَعْدَ اِذْ اُنْزِلَتْ
اِلَيْكَ وَادْعُ اِلٰى رَبِّكَ وَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ۚ





Wa lā yauddunnaka ‘an āyātillāhi ba‘da iż unzilat ilaika wad‘u ilā
rabbika wa lā takūnanna minal-musyrikīn(a).



Janganlah mereka
sekali-kali menghalang-halangi engkau untuk (menyampaikan) ayat-ayat Allah
setelah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu. Serulah (manusia) agar (beriman)
kepada Tuhanmu dan janganlah engkau sekali-kali termasuk (golongan) orang-orang
musyrik.





88





وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا
هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ ۗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ
تُرْجَعُوْنَ ࣖ





Wa lā tad‘u ma‘allāhi
ilāhan ākhar(a), lā ilāha illā huw(a), kullu syai'in hālikun illā wajhah(ū),
lahul-
ukmu wa ilaihi turja‘ūn(a).



Jangan (pula) engkau
sembah Tuhan yang lain (selain Allah). Tidak ada tuhan selain Dia. Segala
sesuatu pasti binasa, kecuali zat-Nya. Segala putusan menjadi wewenang-Nya dan
hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.



 


Related Posts

Daftar Surat Al-Qur'an Indonesia


1

Al-Fātiḥah (Pembuka)

Makkiyah7 Ayat

الفاتحة

2

Al-Baqarah (Sapi)

Madaniyah286 Ayat

البقرة

3

Āli ‘Imrān(Keluarga Imran)

Madaniyah200 Ayat

اٰل عمرٰن

4

An-Nisā' (Perempuan)

Madaniyah176 Ayat

النّساۤء

5

Al-Mā'idah(Hidangan)

Madaniyah120 Ayat

الماۤئدة

6

Al-An‘ām (Binatang Ternak)

Makkiyah165 Ayat

الانعام

7

Al-A‘rāf(Tempat Tertinggi)

Makkiyah206 Ayat

الاعراف

8

Al-Anfāl(Rampasan Perang)

Madaniyah75 Ayat

الانفال

9

At-Taubah(Pengampunan)

Madaniyah129 Ayat

التّوبة

10

Yūnus(Yunus)

Makkiyah109 Ayat

يونس

11

Hūd(Hud)

Makkiyah123 Ayat

هود

12

Yūsuf(Yusuf)

Makkiyah111 Ayat

يوسف

13

Ar-Ra‘d(Guruh)

Makkiyah43 Ayat

الرّعد

14

Ibrāhīm(Ibrahim)

Makkiyah52 Ayat

ابرٰهيم

15

Al-Ḥijr(Hijr)

Makkiyah99 Ayat

الحجر

16

An-Naḥl(Lebah)

Makkiyah128 Ayat

النّحل

17

Al-Isrā'(Memperjalankan di Malam Hari)

Makkiyah111 Ayat

الاسراۤء

18

Al-Kahf(Gua)

Makkiyah110 Ayat

الكهف

19

Maryam(Maryam)

Makkiyah98 Ayat

مريم

20

Ṭāhā(Taha)

Makkiyah135 Ayat

طٰهٰ

21

Al-Anbiyā' (Para Nabi)

Makkiyah112 Ayat

الانبياۤء

22

Al-Ḥajj(Haji)

Madaniyah78 Ayat

الحجّ

23

Al-Mu'minūn(Orang-Orang Mukmin)

Makkiyah118 Ayat

المؤمنون

24

An-Nūr(Cahaya)

Madaniyah64 Ayat

النّور

25

Al-Furqān(Pembeda)

Makkiyah77 Ayat

الفرقان

26

Asy-Syu‘arā'(Para Penyair)

Makkiyah227 Ayat

الشّعراۤء

27

An-Naml(Semut)

Makkiyah93 Ayat

النّمل

28

Al-Qaṣaṣ(Kisah-Kisah)

Makkiyah88 Ayat

القصص

29

Al-‘Ankabūt(Laba-Laba)

Makkiyah69 Ayat

العنكبوت

30

Ar-Rūm(Romawi)

Makkiyah60 Ayat

الرّوم

31

Luqmān (Luqman)

Makkiyah34 Ayat

لقمٰن

32

As-Sajdah(Sajdah)

Makkiyah30 Ayat

السّجدة

33

Al-Aḥzāb(Golongan Yang Bersekutu)

Madaniyah73 Ayat

الاحزاب

34

Saba' (Saba')

Makkiyah54 Ayat

سبأ

35

Fāṭir(Pencipta)

Makkiyah45 Ayat

فاطر

36

Yāsīn(Yasin)

Makkiyah83 Ayat

يٰسۤ

37

Aṣ-Ṣāffāt(Barisan-Barisan)

Makkiyah182 Ayat

الصّٰۤفّٰت

38

Ṣād (Ṣād )

Makkiyah88 Ayat

صۤ

39

Az-Zumar(Rombongan)

Makkiyah75 Ayat

الزّمر

40

Gāfir (Maha Pengampun)

Makkiyah85 Ayat

غافر

41

Fuṣṣilat(Dijelaskan)

Makkiyah54 Ayat

فصّلت

42

Asy-Syūrā(Musyawarah)

Makkiyah53 Ayat

الشّورٰى

43

Az-Zukhruf(Perhiasan dari Emas)

Makkiyah89 Ayat

الزّخرف

44

Ad-Dukhān(Kabut Asap)

Makkiyah59 Ayat

الدّخان

45

Al-Jāṡiyah(Berlutut)

Makkiyah37 Ayat

الجاثية

46

Al-Aḥqāf(Ahqaf)

Makkiyah35 Ayat

الاحقاف

47

Muḥammad (Nabi Muhammad)

Madaniyah38 Ayat

محمّد

48

Al-Fatḥ(Kemenangan)

Madaniyah29 Ayat

الفتح

49

Al-Ḥujurāt(Kamar-Kamar)

Madaniyah18 Ayat

الحجرٰت

50

Qāf(Qaf)

Makkiyah45 Ayat

قۤ

51

Aż-Żāriyāt(Yang Menerbangkan)

Makkiyah60 Ayat

الذّٰريٰت

52

Aṭ-Ṭūr(Gunung)

Makkiyah49 Ayat

الطّور

53

An-Najm(Bintang)

Makkiyah62 Ayat

النّجم

54

Al-Qamar(Bulan)

Makkiyah55 Ayat

القمر

55

Ar-Raḥmān(Yang Maha Pengasih)

Makkiyah78 Ayat

الرّحمٰن

56

Al-Wāqi‘ah(Hari Kiamat Yang Pasti Terjadi)

Makkiyah96 Ayat

الواقعة

57

Al-Ḥadīd(Besi)

Madaniyah29 Ayat

الحديد

58

Al-Mujādalah(Gugatan)

Madaniyah22 Ayat

المجادلة

59

Al-Ḥasyr(Pengusiran)

Madaniyah24 Ayat

الحشر

60

Al-Mumtaḥanah(Wanita Yang Diuji)

Madaniyah13 Ayat

الممتحنة

61

Aṣ-Ṣaff(Barisan)

Madaniyah14 Ayat

الصّفّ

62

Al-Jumu‘ah(Jumat)

Madaniyah11 Ayat

الجمعة

63

Al-Munāfiqūn(Orang-Orang Munafik)

Madaniyah11 Ayat

المنٰفقون

64

At-Tagābun(Pengungkapan Kesalahan)

Madaniyah18 Ayat

التّغابن

65

Aṭ-Ṭalāq(Talak)

Madaniyah12 Ayat

الطّلاق

66

At-taḥrīm(Pengharaman)

Madaniyah12 Ayat

التّحريم

67

Al-Mulk(Kerajaan)

Makkiyah30 Ayat

المُلك

68

Al-Qalam(Pena)

Makkiyah52 Ayat

القلم

69

Al-Ḥāqqah(Hari Kiamat Yang Pasti Terjadi)

Makkiyah52 Ayat

الحاۤقّة

70

Al-Ma‘ārij(Tempat-Tempat Naik)

Makkiyah44 Ayat

المعارج

71

Nūḥ(Nuh)

Makkiyah28 Ayat

نوح

72

Al-Jinn(Jin)

Makkiyah28 Ayat

الجنّ

73

Al-Muzzammil(Orang Berkelumun)

Makkiyah20 Ayat

المزّمّل

74

Al-Muddaṡṡir(Orang Berselimut)

Makkiyah56 Ayat

المدّثّر

75

Al-Qiyāmah(Hari Kiamat)

Makkiyah40 Ayat

القيٰمة

76

Al-Insān(Manusia)

Madaniyah31 Ayat

الانسان

77

Al-Mursalāt(Malaikat Yang Diutus)

Makkiyah50 Ayat

المرسلٰت

78

An-Naba'(Berita)

Makkiyah40 Ayat

النّبأ

79

An-Nāzi‘āt(Yang Mencabut Dengan Keras)

Makkiyah46 Ayat

النّٰزعٰت

80

‘Abasa(Berwajah Masam)

Makkiyah42 Ayat

عبس

81

At-Takwīr(Penggulungan)

Makkiyah29 Ayat

التّكوير

82

Al-Infiṭār(Terbelah)

Makkiyah19 Ayat

الانفطار

83

Al-Muṭaffifīn(Orang-Orang Yang Curang)

Makkiyah36 Ayat

المطفّفين

84

Al-Insyiqāq(Terbelah)

Makkiyah25 Ayat

الانشقاق

85

Al-Burūj(Gugusan Bintang)

Makkiyah22 Ayat

البروج

86

Aṭ-Ṭāriq(Yang Datang Pada Malam Hari)

Makkiyah17 Ayat

الطّارق

87

Al-A‘lā(Yang Maha Tinggi)

Makkiyah19 Ayat

الاعلى

88

Al-Gāsyiyah(Hari Kiamat Yang Menghilangkan Kesadaran)

Makkiyah26 Ayat

الغاشية

89

Al-Fajr(Fajar)

Makkiyah30 Ayat

الفجر

90

Al-Balad(Negeri)

Makkiyah20 Ayat

البلد

91

Asy-Syams(Matahari)

Makkiyah15 Ayat

الشّمس

92

Al-Lail(Malam)

Makkiyah21 Ayat

الّيل

93

Aḍ-Ḍuḥā(Duha)

Makkiyah11 Ayat

الضّحى

94

Asy-Syarḥ(Pelapangan)

Makkiyah8 Ayat

الشّرح

95

At-Tīn(Buah Tin)

Makkiyah8 Ayat

التّين

96

Al-‘Alaq(Segumpal Darah)

Makkiyah19 Ayat

العلق

97

Al-Qadr(Al-Qadar)

Makkiyah5 Ayat

القدر

98

Al-Bayyinah(Bukti Nyata)

Madaniyah8 Ayat

البيّنة

99

Az-Zalzalah(Guncangan)

Madaniyah8 Ayat

الزّلزلة

100

Al-‘Ādiyāt(Kuda Perang Yang Berlari Kencang)

Makkiyah11 Ayat

العٰديٰت

101

Al-Qāri‘ah(Al-Qāri‘ah)

Makkiyah11 Ayat

القارعة

102

At-Takāṡur(Berbangga-Bangga Dalam Memperbanyak Dunia)

Makkiyah8 Ayat

التّكاثر

103

Al-‘Aṣr(Masa)

Makkiyah3 Ayat

العصر

104

Al-Humazah(Pengumpat)

Makkiyah9 Ayat

الهمزة

105

Al-Fīl(Gajah)

Makkiyah5 Ayat

الفيل

106

Quraisy(Orang Quraisy)

Makkiyah4 Ayat

قريش

107

Al-Mā‘ūn(Bantuan)

Makkiyah7 Ayat

الماعون

108

Al-Kauṡar(Nikmat Yang Banyak)

Makkiyah3 Ayat

الكوثر

109

Al-Kāfirūn(Orang-Orang kafir)

Makkiyah6 Ayat

الكٰفرون

110

An-Naṣr(Pertolongan)

Madaniyah3 Ayat

النّصر

111

Al-Lahab(Gejolak Api)

Makkiyah5 Ayat

اللّهب

112

Al-Ikhlāṣ(Ikhlas)

Makkiyah4 Ayat

الاخلاص

113

Al-Falaq(Fajar)

Madaniyah5 Ayat

الفلق

114

An-Nās(Manusia)

Madaniyah6 Ayat

النّاس