Audio Surat Al-Anbiya 1-112
1
اِقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِيْ غَفْلَةٍ
مُّعْرِضُوْنَ ۚ
Iqtaraba lin-nāsi ḥisābuhum wa hum fī gaflatim mu‘riḍūn(a).
Telah makin dekat
kepada manusia perhitungan (amal) mereka, sedangkan mereka dalam keadaan lengah
lagi berpaling (darinya).
2
مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ ذِكْرٍ مِّنْ رَّبِّهِمْ مُّحْدَثٍ اِلَّا
اسْتَمَعُوْهُ وَهُمْ يَلْعَبُوْنَ ۙ
Mā ya'tīhim min żikrim
mir rabbihim muḥdaṡin illastama‘ūhu wa
hum yal‘abūn(a).
Tidaklah diturunkan
kepada mereka peringatan yang baru dari Tuhan, kecuali mereka mendengarkannya
sambil bermain-main
3
لَاهِيَةً قُلُوْبُهُمْۗ وَاَسَرُّوا النَّجْوَىۖ الَّذِيْنَ
ظَلَمُوْاۖ هَلْ هٰذَآ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْۚ اَفَتَأْتُوْنَ السِّحْرَ
وَاَنْتُمْ تُبْصِرُوْنَ
Lāhiyatan qulūbuhum,
wa asarrun-najwal-lażīna ẓalamū, hal hāżā illā basyarum miṡlukum, afa ta'tūnas-siḥra wa antum tubṣirūn(a).
(dan)
hati mereka dalam keadaan lalai. Mereka, orang-orang yang zalim itu,
merahasiakan pembicaraan (dengan saling berbisik), “Bukankah (orang) ini (Nabi
Muhammad) tidak lain hanyalah seorang manusia seperti kamu? Apakah kamu
mengikuti sihir itu488) padahal kamu menyaksikannya?”
Catatan
Kaki
488) Yang mereka maksud dengan sihir di sini ialah
ayat-ayat Al-Qur’an.
4
قٰلَ رَبِّيْ يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِى السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۖ
وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Qāla rabbī
ya‘lamul-qaula fis-samā'i wal-arḍ(i), wa huwas-samī‘ul-‘alīm(u).
Dia (Nabi Muhammad)
berkata, “Tuhanku mengetahui (semua) perkataan di langit serta di bumi dan Dia
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
5
بَلْ قَالُوْٓا اَضْغَاثُ اَحْلَامٍۢ بَلِ افْتَرٰىهُ بَلْ هُوَ
شَاعِرٌۚ فَلْيَأْتِنَا بِاٰيَةٍ كَمَآ اُرْسِلَ الْاَوَّلُوْنَ
Bal qālū aḍgāṡu aḥlāmim baliftarāhu bal
huwa syā‘ir(un), falya'tinā bi'āyatin kamā ursilal-awwalūn(a).
Bahkan, mereka
berkata, “(Al-Qur’an itu buah) mimpi-mimpi kosong. Malah, dia (Nabi Muhammad)
merekayasanya. Lebih dari itu, dia seorang penyair. Maka, hendaklah dia
mendatangkan kepada kami suatu tanda (mukjizat) sebagaimana rasul-rasul yang
diutus terdahulu.”
6
مَآ اٰمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْيَةٍ اَهْلَكْنٰهَاۚ اَفَهُمْ
يُؤْمِنُوْنَ
Mā āmanat qablahum min
qaryatin ahlaknāhā, afahum yu'minūn(a).
Tidak ada satu pun
(penduduk) negeri sebelum mereka yang telah Kami binasakan itu beriman,
(padahal telah Kami kirimkan bukti). Apakah mereka (penduduk Makkah) akan
beriman (jika Kami kirimkan bukti)?
7
وَمَآ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ
اِلَيْهِمْ فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Wa mā arsalnā qablaka
illā rijālan nūḥī ilaihim fas'alū ahlaż-żikri in kuntum lā
ta‘lamūn(a).
Kami tidak mengutus
sebelum engkau (Nabi Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami
beri wahyu kepada mereka. Maka, bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu
tidak mengetahui.
8
وَمَا جَعَلْنٰهُمْ جَسَدًا لَّا يَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَمَا
كَانُوْا خٰلِدِيْنَ
Wa mā ja‘alnāhum
jasadal lā ya'kulūnaṭ-ṭa‘āma wa mā kānū khālidīn(a).
Kami tidak menjadikan
mereka (para utusan) sebagai jasad yang tidak membutuhkan makanan. Mereka tidak
(pula) hidup kekal.
9
ثُمَّ صَدَقْنٰهُمُ الْوَعْدَ فَاَنْجَيْنٰهُمْ وَمَنْ نَّشَاۤءُ
وَاَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِيْنَ
Ṡumma ṣadaqnāhumul-wa‘da fa
anjaināhum wa man nasyā'u wa ahlaknal-musrifīn(a).
Kemudian Kami tepati
janji kepada mereka (para utusan). Maka, Kami selamatkan mereka dan orang-orang
yang Kami kehendaki dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas.
10
لَقَدْ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكُمْ كِتٰبًا فِيْهِ ذِكْرُكُمْۗ
اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ࣖ
Laqad anzalnā ilaikum
kitāban fīhi żikrukum, afalā ta‘qilūn(a).
Sungguh, Kami
benar-benar telah menurunkan kepadamu sebuah Kitab (Al-Qur’an) yang di dalamnya
terdapat peringatan bagimu. Apakah kamu tidak mengerti?
11
وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَّاَنْشَأْنَا
بَعْدَهَا قَوْمًا اٰخَرِيْنَ
Wa kam qaṣamnā min qaryatin kānat ẓālimataw wa ansya'nā
ba‘dahā qauman ākharīn(a).
Betapa banyak
(penduduk) negeri yang zalim telah Kami binasakan dan Kami lahirkan generasi
yang lain setelah mereka (sebagai penggantinya).
12
فَلَمَّآ اَحَسُّوْا بَأْسَنَآ اِذَا هُمْ مِّنْهَا يَرْكُضُوْنَ
ۗ
Falammā aḥassū ba'sanā iżā hum minhā yarkuḍūn(a).
Maka, ketika mereka
menyadari (dekatnya) azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri darinya (negeri
itu).
13
لَا تَرْكُضُوْا وَارْجِعُوْٓا اِلٰى مَآ اُتْرِفْتُمْ فِيْهِ
وَمَسٰكِنِكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْـَٔلُوْنَ
Lā tarkuḍū warji‘ū ilā mā utriftum fīhi wa masākinikum la‘allakum tus'alūn(a).
Janganlah kamu berlari
tergesa-gesa. Kembalilah kamu kepada kesenangan hidupmu dan tempat-tempat
kediamanmu (yang baik) agar kamu dapat ditanya.
14
قَالُوْا يٰوَيْلَنَآ اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ
Qālū yā wailanā innā
kunnā ẓālimīn(a).
Mereka berkata,
“Betapa celaka kami! Sesungguhnya kami adalah orang-orang zalim.”
15
فَمَا زَالَتْ تِّلْكَ دَعْوٰىهُمْ حَتّٰى جَعَلْنٰهُمْ حَصِيْدًا
خٰمِدِيْنَ
Famā zālat tilka
da‘wāhum ḥattā ja‘alnāhum ḥaṣīdan khāmidīn(a).
Kemudian, (kalimat)
itu selalu menjadi keluhan mereka hingga mereka Kami jadikan seperti tanaman
yang telah dituai dan (seperti api yang) padam.
16
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاۤءَ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا
لٰعِبِيْنَ
Wa mā khalaqnas-samā'a
wal-arḍa wa mā bainahumā lā‘ibīn(a).
Kami tidak menciptakan
langit dan bumi serta segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main.
17
لَوْ اَرَدْنَآ اَنْ نَّتَّخِذَ لَهْوًا لَّاتَّخَذْنٰهُ مِنْ
لَّدُنَّآ ۖاِنْ كُنَّا فٰعِلِيْنَ
Lau aradnā an
nattakhiża lahwal lattakhażnāhum mil ladunnā, in kunnā fā‘ilīn(a).
Seandainya Kami hendak
menjadikan sesuatu sebagai permainan, tentulah Kami akan membuatnya dari sisi
Kami,489) jika Kami benar-benar menghendaki
berbuat (demikian).
Catatan
Kaki
489) Dari sisi Kami maksudnya ialah yang sesuai
dengan sifat-sifat Allah Swt.
18
بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهٗ فَاِذَا
هُوَ زَاهِقٌۗ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُوْنَ
Bal naqżifu bil-ḥaqqi ‘alal-bāṭili fa yadmaguhū fa iżā huwa zāhiq(un), wa
lakumul-wailu mimmā taṣifūn(a).
Sebaliknya, Kami
melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu (yang
hak) itu menghancurkannya. Maka, seketika itu ia (yang batil) lenyap. Celakalah
kamu karena kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas
bagi-Nya).490)
Catatan
Kaki
490) Contoh penyifatan yang tidak pantas adalah
sangkaan bahwa Allah Swt. mempunyai istri dan anak.
19
وَلَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَمَنْ عِنْدَهٗ لَا
يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهٖ وَلَا يَسْتَحْسِرُوْنَ ۚ
Wa lahū man
fis-samāwāti wal-arḍ(i), wa man ‘indahū lā yastakbirūna ‘an ‘ibādatihī
wa lā yastaḥsirūn(a).
Hanya milik-Nya siapa
yang di langit dan di bumi. (Malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya tidak
mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih.
20
يُسَبِّحُوْنَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ
Yusabbiḥūnal-laila wan-nahāra wa lā yafturūn(a).
Mereka
(malaikat-malaikat) bertasbih pada waktu malam dan siang dengan tidak
henti-hentinya.
21
اَمِ اتَّخَذُوْٓا اٰلِهَةً مِّنَ الْاَرْضِ هُمْ يُنْشِرُوْنَ
Amittakhażū ālihatam
minal-arḍi hum yunsyirūn(a).
Apakah mereka
mengambil dari bumi tuhan-tuhan yang dapat menghidupkan (orang-orang yang
mati)?
22
لَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَاۚ
فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ
Lau kāna fīhimā
ālihatun illallāhu lafasadatā, fa subḥānallāhi rabbil-‘arsyi
‘ammā yaṣifūn(a).
Seandainya pada
keduanya (langit dan bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah
binasa. Maha Suci Allah, Tuhan pemilik ʻArasy, dari apa yang
mereka sifatkan.
23
لَا يُسْـَٔلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْـَٔلُوْنَ
Lā yus'alu ‘ammā
yaf‘alu wa hum yus'alūn(a).
(Allah)
tidak ditanya tentang apa yang Dia kerjakan, tetapi merekalah yang akan
ditanya.
24
اَمِ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً ۗقُلْ هَاتُوْا
بُرْهَانَكُمْۚ هٰذَا ذِكْرُ مَنْ مَّعِيَ وَذِكْرُ مَنْ قَبْلِيْۗ بَلْ
اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَۙ الْحَقَّ فَهُمْ مُّعْرِضُوْنَ
Amittakhażū min dūnihī
ālihah(tan), qul hātū burhānakum, hāżā żikru mam ma‘iya wa żikru man qablī, bal
akṡaruhum lā ya‘lamūnal-ḥaqqa fahum mu‘riḍūn(a).
Apakah mereka
mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kemukakanlah
alasan-alasanmu! Ini (ajaran tauhid) adalah sesuatu yang selalu diingatkan
kepada orang yang bersamaku dan kepada orang sebelumku.” Akan tetapi,
kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak (kebenaran) sehingga mereka
berpaling.
25
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ
اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ
Wa mā arsalnā min
qablika mir rasūlin illā nūḥī ilaihi annahū lā ilāha illā ana fa‘budūn(i).
Kami tidak mengutus
seorang rasul pun sebelum engkau (Nabi Muhammad), melainkan Kami mewahyukan
kepadanya bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku.
26
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمٰنُ وَلَدًا سُبْحٰنَهٗ ۗبَلْ عِبَادٌ
مُّكْرَمُوْنَ ۙ
Wa qāluttakhażar-raḥmānu waladan subḥānah(ū), bal ‘ibādum mukramūn(a).
Mereka berkata, “Tuhan
Yang Maha Pengasih telah menjadikan (malaikat) sebagai anak.” Maha Suci Dia.
Sebaliknya, mereka (para malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan.
27
لَا يَسْبِقُوْنَهٗ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِاَمْرِهٖ يَعْمَلُوْنَ
Lā yasbiqūnahū
bil-qauli wa hum bi'amrihī ya‘malūn(a).
Mereka tidak berbicara
mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.
28
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا
يَشْفَعُوْنَۙ اِلَّا لِمَنِ ارْتَضٰى وَهُمْ مِّنْ خَشْيَتِهٖ مُشْفِقُوْنَ
Ya‘lamū mā baina
aidīhim wa mā khalfahum wa lā yasyfa‘ūna illā limanirtaḍā wa hum min khasy-yatihī musyfiqūn(a).
Dia (Allah) mengetahui
segala sesuatu yang ada di hadapan mereka (malaikat) dan yang ada di belakang
mereka. Mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang Dia ridai dan
mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.
29
۞ وَمَنْ يَّقُلْ مِنْهُمْ اِنِّيْٓ اِلٰهٌ مِّنْ دُوْنِهٖ
فَذٰلِكَ نَجْزِيْهِ جَهَنَّمَۗ كَذٰلِكَ نَجْزِى الظّٰلِمِيْنَ ࣖ
Wa may yaqul minhum
innī ilāhun min dūnihī fa żālika najzīhi jahannam(a), każālika najziẓ-ẓālimīn(a).
Siapa saja di antara
mereka (malaikat) yang berkata, “Sesungguhnya aku adalah tuhan selain-Nya,”
maka (dia) itu Kami beri balasan dengan (neraka) Jahanam. Demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang zalim.
30
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ
شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
Awalam yaral-lażīna
kafarū annas-samāwāti wal-arḍa kānatā ratqan fa fataqnāhumā, wa ja‘alnā
minal-mā'i kulla syai'in ḥayy(in), afalā yu'minūn(a).
Apakah orang-orang
kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu,
kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup
berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?
31
وَجَعَلْنَا فِى الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِهِمْۖ
وَجَعَلْنَا فِيْهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّهُمْ يَهْتَدُوْنَ
Wa ja‘alnā fil-arḍi rawāsiya an tamīda bihim, wa ja‘anā fīhā fijājan subulal la‘allahum
yahtadūn(a).
Kami telah menjadikan
di bumi gunung-gunung yang kukuh agar (tidak) berguncang bersama mereka dan
Kami menjadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas agar mereka mendapat
petunjuk.
32
وَجَعَلْنَا السَّمَاۤءَ سَقْفًا مَّحْفُوْظًاۚ وَهُمْ عَنْ
اٰيٰتِهَا مُعْرِضُوْنَ
Wa ja‘alnas-samā'a
saqfam maḥfūẓā(n), wa hum ‘an āyātihā
mu‘riḍūn(a).
Kami menjadikan langit
sebagai atap yang terpelihara, tetapi mereka tetap berpaling dari
tanda-tandanya (yang menunjukkan kebesaran Allah, seperti matahari dan bulan).
33
وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
Wa huwal-lażī
khalaqal-laila wan-nahāra wasy-syamsa wal-qamar(a), kullun fī falakiy yasbaḥūn(a).
Dialah yang telah
menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada
garis edarnya.
34
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَۗ اَفَا۟ىِٕنْ
مِّتَّ فَهُمُ الْخٰلِدُوْنَ
Wa mā ja‘alnā
libasyarim min qablikal-khuld(a), afa'im mitta fahumul-khālidūn(a).
Kami tidak menjadikan
keabadian bagi seorang manusia pun sebelum engkau (Nabi Muhammad). Maka, jika
engkau wafat, apakah mereka akan kekal?
35
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ
وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Kullu nafsin
żā'iqatul-maut(i), wa nablūkum bisy-syarri wal-khairi fitnah(tan), wa ilainā
turja‘ūn(a).
Setiap yang bernyawa
akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.
36
وَاِذَا رَاٰكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ يَّتَّخِذُوْنَكَ
اِلَّا هُزُوًاۗ اَهٰذَا الَّذِيْ يَذْكُرُ اٰلِهَتَكُمْۚ وَهُمْ بِذِكْرِ
الرَّحْمٰنِ هُمْ كٰفِرُوْنَ
Wa iżā ra'ākal-lażīna kafarū
iy yattakhiżūnaka illā huzuwā(n), ahāżal-lażī yażkuru ālihatakum, wa hum
biżikrir-raḥmāni hum kāfirūn(a).
Apabila orang-orang
yang kufur itu melihat engkau (Nabi Muhammad), mereka hanya menjadikan engkau
bahan ejekan. (Mereka mengatakan,) “Inikah orang yang mencela tuhan-tuhanmu?”
Padahal, mereka orang yang ingkar mengingat (Allah) Yang Maha Pengasih.
37
خُلِقَ الْاِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍۗ سَاُورِيْكُمْ اٰيٰتِيْ فَلَا
تَسْتَعْجِلُوْنِ
Khuliqal-insānu min
‘ajal(in), sa'urīkum āyātī falā tasta‘jilūn(i).
Manusia diciptakan
(bersifat) tergesa-gesa. Kelak Aku akan memperlihatkan kepadamu (azab yang
menjadi) tanda-tanda (kekuasaan)- Ku. Maka, janganlah kamu meminta Aku
menyegerakannya.
38
وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Wa yaqūlūna matā
hāżal-wa‘du in kuntum ṣādiqīn(a).
Mereka berkata,
“Kapankah janji ini (akan datang), jika kamu orang yang benar?”
39
لَوْ يَعْلَمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا حِيْنَ لَا يَكُفُّوْنَ عَنْ
وُّجُوْهِهِمُ النَّارَ وَلَا عَنْ ظُهُوْرِهِمْ وَلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ
Lau ya‘lamul-lażīna
kafarū ḥīna lā yakuffūna ‘aw wujūhihimun nāra wa lā
‘an ẓuhūrihim wa lā hum yunṣarūn(a).
Seandainya orang-orang
yang kufur itu mengetahui saat mereka tidak mampu mengelakkan api neraka dari
wajah dan punggung mereka dan saat mereka tidak mendapat pertolongan, (tentulah
mereka tidak meminta agar azab itu disegerakan).
40
بَلْ تَأْتِيْهِمْ بَغْتَةً فَتَبْهَتُهُمْ فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ
رَدَّهَا وَلَا هُمْ يُنْظَرُوْنَ
Bal ta'tīhim bagtatan
fa tabhatuhum falā yastaṭī‘ūna raddahā wa lā hum yunẓarūn(a).
Sebenarnya (hari
Kiamat) itu akan datang kepada mereka secara tiba-tiba, lalu menjadikan mereka
panik. Maka, mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak pula diberi penangguhan
(waktu).
41
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ
بِالَّذِيْنَ سَخِرُوْا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ࣖ
Wa laqadistuhzi'a
birusulim min qablika fa ḥāqa bil-lażīna sakhirū minhum mā kānū bihī
yastahzi'ūn(a).
Sungguh, rasul-rasul
sebelum engkau (Nabi Muhammad) telah diperolok-olokkan, lalu (karena itu)
turunlah kepada orang-orang yang mencemooh mereka (rasul-rasul) apa (azab) yang
selalu mereka perolok-olokkan.
42
قُلْ مَنْ يَّكْلَؤُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ مِنَ
الرَّحْمٰنِۗ بَلْ هُمْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِمْ مُّعْرِضُوْنَ
Qul may yakla'ukum
bil-laili wan-nahāri minar-raḥmān(i), bal hum ‘an żikrihim mu‘riḍūn(a).
Katakanlah, “Siapakah
yang akan menjaga kamu pada waktu malam dan siang dari (siksaan) Allah Yang
Maha Pengasih?” Bahkan, mereka berpaling dari mengingat Tuhan mereka.
43
اَمْ لَهُمْ اٰلِهَةٌ تَمْنَعُهُمْ مِّنْ دُوْنِنَاۗ لَا
يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَ اَنْفُسِهِمْ وَلَا هُمْ مِّنَّا يُصْحَبُوْنَ
Am lahum ālihatun
tamna‘uhum min dūninā, lā yastaṭī‘ūna naṣra anfusihim wa lā hum
minnā yuṣḥabūn(a).
Ataukah mereka
mempunyai tuhan-tuhan selain Kami yang dapat memelihara mereka (dari azab
Kami)? (Tuhan-tuhan mereka itu) tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan
tidak (pula) dilindungi dari (azab) Kami.
44
بَلْ مَتَّعْنَا هٰٓؤُلَاۤءِ وَاٰبَاۤءَهُمْ حَتّٰى طَالَ
عَلَيْهِمُ الْعُمُرُۗ اَفَلَا يَرَوْنَ اَنَّا نَأْتِى الْاَرْضَ نَنْقُصُهَا
مِنْ اَطْرَافِهَاۗ اَفَهُمُ الْغٰلِبُوْنَ
Bal matta‘nā hā'ulā'i
wa ābā'ahum ḥattā ṭāla ‘alaihimul-‘umur(u),
afalā yarauna annā na'til-arḍa nanquṣuhā min aṭrāfihā, afahumul-gālibūn(a).
Sebenarnya Kami telah
memberi mereka dan nenek moyang mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga
panjang usia mereka. Maka, tidakkah mereka melihat bahwa Kami mendatangi negeri
(yang berada di bawah kekuasaan orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari ujung-ujungnya?
Merekakah yang menang?
45
قُلْ اِنَّمَآ اُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِۖ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ
الدُّعَاۤءَ اِذَا مَا يُنْذَرُوْنَ
Qul innamā unżirukum
bil-waḥy(i), wa lā yasma‘uṣ-ṣummud-du‘ā'a iżā mā yunżarūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya memperingatkanmu dengan wahyu.” Akan tetapi,
orang-orang tuli (musyrik) tidak mendengarkan seruan bila mereka diberi
peringatan.
46
وَلَىِٕنْ مَّسَّتْهُمْ نَفْحَةٌ مِّنْ عَذَابِ رَبِّكَ
لَيَقُوْلُنَّ يٰوَيْلَنَآ اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ
Wa la'im massathum nafḥatum min ‘ażābi rabbika layaqūlunna yā wailanā innā kunnā ẓālimīn(a).
Jika mereka ditimpa
sedikit saja azab Tuhanmu, pastilah mereka berkata, “Celakalah kami!
Sesungguhnya kami adalah orang yang selalu menzalimi (diri sendiri).”
47
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا
تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ
اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حٰسِبِيْنَ
Wa naḍa‘ul-mawāzīnal-qisṭa liyaumil-qiyāmati
falā tuẓlamu nafsun syai'ā(n), wa in kāna miṡqāla ḥabbatim min khardalin atainā bihā, wa kafā binā
ḥāsibīn(a).
Kami akan meletakkan
timbangan (amal) yang tepat pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun
dirugikan walaupun sedikit. Sekalipun (amal itu) hanya seberat biji sawi, pasti
Kami mendatangkannya. Cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.
48
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسٰى وَهٰرُوْنَ الْفُرْقَانَ وَضِيَاۤءً
وَّذِكْرًا لِّلْمُتَّقِيْنَ ۙ
Wa laqad ātainā mūsā
wa hārūnal-furqāna wa ḍiyā'aw wa żikral lil-muttaqīn(a).
Sungguh, Kami telah
menganugerahkan kepada Musa dan Harun Al-Furqan (Kitab Taurat), sinar
(kehidupan), dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa.
49
الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَهُمْ مِّنَ
السَّاعَةِ مُشْفِقُوْنَ
Allażīna yakhsyauna
rabbahum bil-gaibi wa hum minas-sā‘ati musyfiqūn(a).
(Yaitu)
orang-orang yang takut (azab) Tuhannya, sekalipun mereka tidak melihat-Nya, dan
mereka merasa takut akan (tibanya) hari Kiamat.
50
وَهٰذَا ذِكْرٌ مُّبٰرَكٌ اَنْزَلْنٰهُۗ اَفَاَنْتُمْ لَهٗ
مُنْكِرُوْنَ ࣖ
Wa hāżā żikrum
mubārakun anzalnāh(u), afa antum lahū munkirūn(a).
Ini (Al-Qur’an) adalah
peringatan yang diberkahi yang telah Kami turunkan. Maka, apakah kamu menjadi
pengingkar terhadapnya?
51
۞ وَلَقَدْ اٰتَيْنَآ اِبْرٰهِيْمَ رُشْدَهٗ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا
بِهٖ عٰلِمِيْنَ
Wa laqad ātainā
ibrāhīma rusydahū min qablu wa kunnā bihī ‘ālimīn(a).
Sungguh, Kami
benar-benar telah menganugerahkan kepada Ibrahim petunjuk sebelum (Musa dan
Harun) dan Kami telah mengetahui dirinya.
52
اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ وَقَوْمِهٖ مَا هٰذِهِ التَّمَاثِيْلُ
الَّتِيْٓ اَنْتُمْ لَهَا عٰكِفُوْنَ
Iż qāla li'abīhi wa
qaumihī mā hāżihit-tamāṡīlul-latī antum lahā ‘ākifūn(a).
(Ingatlah)
ketika dia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Patung-patung apakah
ini yang kamu tekun menyembahnya?”
53
قَالُوْا وَجَدْنَآ اٰبَاۤءَنَا لَهَا عٰبِدِيْنَ
Qālū wajadnā ābā'anā
lahā ‘ābidīn(a).
Mereka menjawab, “Kami
mendapati nenek moyang kami menjadi para penyembahnya”
54
قَالَ لَقَدْ كُنْتُمْ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ فِيْ ضَلٰلٍ
مُّبِيْنٍ
Qāla laqad kuntum
antum wa ābā'ukum fī ḍalālim mubīn(in).
Dia (Ibrahim) berkata,
“Sungguh, kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.”
55
قَالُوْٓا اَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ اَمْ اَنْتَ مِنَ اللّٰعِبِيْنَ
Qālū aji'tanā bil-ḥaqqi am anta minal-lā‘ibīn(a).
Mereka berkata,
“Apakah engkau datang kepada kami membawa kebenaran atau engkau (hanya)
bermain-main?”
56
قَالَ بَلْ رَّبُّكُمْ رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ الَّذِيْ
فَطَرَهُنَّۖ وَاَنَا۠ عَلٰى ذٰلِكُمْ مِّنَ الشّٰهِدِيْنَ
Qāla bar rabbukum
rabbus-samāwāti wal-arḍil-lażī faṭarahunn(a), wa ana ‘alā
żālikum minasy-syāhidīn(a).
Dia (Ibrahim)
menjawab, “Sebenarnya, Tuhan kamu adalah Tuhan langit dan bumi yang telah
menciptakannya dan aku adalah salah satu saksi atas itu.”
57
وَتَاللّٰهِ لَاَكِيْدَنَّ اَصْنَامَكُمْ بَعْدَ اَنْ تُوَلُّوْا
مُدْبِرِيْنَ
Wa tallāhi la'akīdanna
aṣnāmakum ba‘da an tuwallū mudbirīn(a).
(Nabi
Ibrahim berkata dalam hatinya,) “Demi Allah, sungguh, aku akan melakukan tipu
daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi meninggalkannya.”
58
فَجَعَلَهُمْ جُذٰذًا اِلَّا كَبِيْرًا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ
اِلَيْهِ يَرْجِعُوْنَ
Fa ja‘alahum jużāżan
illā kabīral lahum la‘allahum ilaihi yarji‘ūn(a).
Dia (Ibrahim) lalu
menjadikan mereka (berhala-berhala itu) hancur berkeping-keping, kecuali (satu
patung) yang terbesar milik mereka agar mereka kembali (untuk bertanya)
kepadanya.
59
قَالُوْا مَنْ فَعَلَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَآ اِنَّهٗ لَمِنَ
الظّٰلِمِيْنَ
Qālū man fa‘ala hāżā
bi'ālihatinā innahū laminaẓ-ẓālimīn(a).
Mereka berkata,
“Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami?
Sesungguhnya dia termasuk orang-orang zalim.”
60
قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ
اِبْرٰهِيْمُ ۗ
Qālū sami‘nā fatay
yażkuruhum yuqālu lahū ibrāhīm(u).
Mereka (para penyembah
berhala yang lain) berkata, “Kami mendengar seorang pemuda yang mencela mereka
(berhala-berhala). Dia dipanggil dengan nama Ibrahim.”
61
قَالُوْا فَأْتُوْا بِهٖ عَلٰٓى اَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَشْهَدُوْنَ
Qālū fa'tū bihī ‘alā
a‘yunin-nāsi la‘allahum yasyhadūn(a).
Mereka berkata,
“(Kalau demikian,) bawalah dia dengan diperlihatkan kepada orang banyak agar
mereka menyaksikan(-nya).”
62
قَالُوْٓا ءَاَنْتَ فَعَلْتَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَا يٰٓاِبْرٰهِيْمُ
ۗ
Qālū a'anta fa‘alta
hāżā bi'ālihatinā yā ibrāhīm(u).
Mereka bertanya,
“Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai
Ibrahim?”
63
قَالَ بَلْ فَعَلَهٗ كَبِيْرُهُمْ هٰذَا فَسْـَٔلُوْهُمْ اِنْ
كَانُوْا يَنْطِقُوْنَ
Qāla bal fa‘alahū
kabīruhum hāżā fas'alūhum in kānū yanṭiqūn(a).
Dia (Ibrahim)
menjawab, “Sebenarnya (patung) besar ini yang melakukannya. Tanyakanlah kepada
mereka (patung-patung lainnya) jika mereka dapat berbicara.”
64
فَرَجَعُوْٓا اِلٰٓى اَنْفُسِهِمْ فَقَالُوْٓا اِنَّكُمْ اَنْتُمُ
الظّٰلِمُوْنَ ۙ
Fa raja‘ū ilā
anfusihim fa qālū innakum antumuẓ-ẓālimūn(a).
Maka, mereka kembali
kepada diri mereka sendiri (mulai sadar) lalu berkata (kepada sesama mereka),
“Sesungguhnya kamulah yang menzalimi (diri sendiri).”
65
ثُمَّ نُكِسُوْا عَلٰى رُءُوْسِهِمْۚ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا
هٰٓؤُلَاۤءِ يَنْطِقُوْنَ
Ṡumma nukisū ‘alā ru'ūsihim, laqad ‘alimta mā hā'ulā'i
yanṭiqūn(a).
Kemudian mereka
menundukkan kepala (lalu berkata), “Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa
(berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara.”
66
قَالَ اَفَتَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ
شَيْـًٔا وَّلَا يَضُرُّكُمْ ۗ
Qāla afata‘budūna min
dūnillāhi mā lā yanfa‘ukum syai'aw wa lā yaḍurrukum.
Dia (Ibrahim) berkata,
“Mengapa kamu menyembah sesuatu selain Allah yang tidak dapat memberi manfaat
sedikit pun dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kamu?
67
اُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗاَفَلَا
تَعْقِلُوْنَ
Uffil lakum wa limā
ta‘budūna min dūnillāh(i), afalā ta‘qilūn(a).
Celakalah kamu dan apa
yang kamu sembah selain Allah! Apakah kamu tidak mengerti?”
68
قَالُوْا حَرِّقُوْهُ وَانْصُرُوْٓا اٰلِهَتَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ
فٰعِلِيْنَ
Qālū ḥarriqūhu wanṣurū ālihatakum in kuntum fā‘ilīn(a).
Mereka berkata,
“Bakarlah dia (Ibrahim) dan bantulah tuhan-tuhan kamu jika kamu benar-benar
hendak berbuat.”
69
قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ
ۙ
Qulnā yā nāru kūnī
bardaw wa salāman ‘alā ibrāhīm(a).
Kami (Allah)
berfirman, “Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!”
70
وَاَرَادُوْا بِهٖ كَيْدًا فَجَعَلْنٰهُمُ الْاَخْسَرِيْنَ ۚ
Wa arādū bihī kaidan
fa ja‘alnāhumul-akhsarīn(a).
Mereka hendak berbuat
jahat terhadap Ibrahim, tetapi Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang
paling rugi.
71
وَنَجَّيْنٰهُ وَلُوْطًا اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْناَ
فِيْهَا لِلْعٰلَمِيْنَ
Wa najjaināhu wa lūṭan ilal-arḍil-latī bāraknā fīhā lil-‘ālamīn(a).
Kami menyelamatkannya
(Ibrahim) dan Lut ke tanah (Syam) yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.
72
وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةً ۗوَكُلًّا
جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ
Wa wahabnā lahū isḥāqa wa ya‘qūba nāfilah(tan), wa kullan ja‘alnā ṣāliḥīn(a).
Kami juga menganugerahkan
kepadanya (Ibrahim) Ishaq (anak) dan sebagai tambahan (Kami anugerahkan pula)
Ya‘qub (cucu). Masing-masing Kami jadikan orang yang saleh.
73
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ
اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ
وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ
Wa ja‘alnāhum
a'immatay yahdūna bi'amrinā wa auḥainā ilaihim fi‘lal-khairāti
wa iqāmaṣ-ṣalāti wa ītā'az-zakāh(ti),
wa kānū lanā ‘ābidīn(a).
Kami menjadikan mereka
itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk atas perintah Kami dan Kami
mewahyukan kepada mereka (perintah) berbuat kebaikan, menegakkan salat, dan
menunaikan zakat, serta hanya kepada Kami mereka menyembah.
74
وَلُوْطًا اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًا وَّنَجَّيْنٰهُ مِنَ
الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ تَّعْمَلُ الْخَبٰۤىِٕثَ ۗاِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمَ
سَوْءٍ فٰسِقِيْنَۙ
Wa lūṭan ātaināhu ḥumkaw wa ‘ilmaw wa najjaināhu
minal-qaryatil-latī kānat ta‘malul-khabā'iṡ(a), innahum kānū
qauma sau'in fāsiqīn(a).
Kepada Lut, Kami
menganugerahkan hikmah serta ilmu dan Kami menyelamatkannya dari (azab yang
telah menimpa penduduk) negeri (Sodom) yang melakukan perbuatan keji.
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik.
75
وَاَدْخَلْنٰهُ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّهٗ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ ࣖ
Wa adkhalnāhu fī raḥmatinā, innahū minaṣ-ṣāliḥīn(a).
Kami memasukkannya ke
dalam rahmat Kami. Sesungguhnya dia termasuk golongan orang-orang yang saleh.
76
وَنُوْحًا اِذْ نَادٰى مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ
فَنَجَّيْنٰهُ وَاَهْلَهٗ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيْمِ ۚ
Wa nūḥan iż nādā min qablu fastajabnā lahū fa najjaināhu wa ahlahū
minal-karbil-‘aẓīm(i).
(Ingatlah)
Nuh ketika dia berdoa sebelum itu. Kami memperkenankan (doa)-nya dan Kami
menyelamatkannya bersama pengikutnya dari bencana yang besar.
77
وَنَصَرْنٰهُ مِنَ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۗ
اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمَ سَوْءٍ فَاَغْرَقْنٰهُمْ اَجْمَعِيْنَ
Wa naṣarnāhu minal-qaumil-lażīna każżabū bi'āyātinā, innahum kānū
qauma sau'in fa agraqnāhum ajma‘īn(a).
Kami menolongnya dari
orang-orang yang telah mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah
kaum yang jahat, maka Kami tenggelamkan mereka semuanya.
78
وَدَاوٗدَ وَسُلَيْمٰنَ اِذْ يَحْكُمٰنِ فِى الْحَرْثِ اِذْ
نَفَشَتْ فِيْهِ غَنَمُ الْقَوْمِۚ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شٰهِدِيْنَ ۖ
Wa dāwūda wa sulaimāna
iż yaḥkumāni fil-ḥarṡi iż nafasyat fīhi ganamul-qaum(i), wa kunnā liḥukmihim syāhidīn(a).
(Ingatlah)
Daud dan Sulaiman ketika mereka memberikan keputusan mengenai ladang yang
dirusak pada malam hari oleh kambing-kambing milik kaumnya. Kami menyaksikan
keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu.491)
Catatan
Kaki
491) Dalam peristiwa itu, Nabi Daud a.s. memberi
putusan bahwa kambing-kambing itu harus diberikan kepada pemilik ladang sebagai
ganti kerusakan ladangnya.
79
فَفَهَّمْنٰهَا سُلَيْمٰنَۚ وَكُلًّا اٰتَيْنَا حُكْمًا
وَّعِلْمًاۖ وَّسَخَّرْنَا مَعَ دَاوٗدَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَۗ
وَكُنَّا فٰعِلِيْنَ
Fa fahhamnāhā
sulaimān(a), wa kullan ātainā ḥukmaw wa ‘ilmā(n), wa sakhkharnā ma‘a dāwūdal-jibāla
yusabbiḥna waṭ-ṭair(a), wa kunnā fā‘ilīn(a).
Lalu, Kami memberi
pemahaman kepada Sulaiman (tentang keputusan yang lebih tepat).492) Kepada masing-masing (Daud dan Sulaiman) Kami memberi hikmah
dan ilmu. Kami menundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih
bersama Daud. Kamilah yang melakukannya.
Catatan
Kaki
492) Berbeda dari putusan Nabi Daud a.s., Nabi
Sulaiman a.s. memutuskan agar kambing-kambing itu diserahkan sementara kepada
pemilik tanaman untuk diambil manfaatnya. Pemilik kambing diharuskan mengganti
tanaman itu dengan tanaman yang baru. Apabila tanaman yang baru telah dapat
diambil hasilnya, pemilik kambing itu boleh mengambil kambingnya kembali.
Putusan Nabi Sulaiman a.s. inilah yang lebih tepat.
80
وَعَلَّمْنٰهُ صَنْعَةَ لَبُوْسٍ لَّكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِّنْۢ
بَأْسِكُمْۚ فَهَلْ اَنْتُمْ شٰكِرُوْنَ
Wa ‘allamnāhu ṣan‘ata labūsil lakum lituḥṣinakum mim ba'sikum,
fahal antum syākirūn(a).
Kami mengajarkan pula
kepada Daud cara membuat baju besi untukmu guna melindungimu dari serangan
musuhmu (dalam peperangan). Maka, apakah kamu bersyukur (kepada Allah)?
81
وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ عَاصِفَةً تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖٓ اِلَى
الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَاۗ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عٰلِمِيْنَ
Wa lisulaimānar-rīḥa ‘āṣifatan tajrī bi'amrihī ilal-arḍil-latī bāraknā fīhā, wa kunnā bikulli syai'in ‘ālimīn(a).
(Kami
menundukkan) pula untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang
berembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya. Kami Maha
Mengetahui segala sesuatu.
82
وَمِنَ الشَّيٰطِيْنِ مَنْ يَّغُوْصُوْنَ لَهٗ وَيَعْمَلُوْنَ
عَمَلًا دُوْنَ ذٰلِكَۚ وَكُنَّا لَهُمْ حٰفِظِيْنَ ۙ
Wa minasy-syayāṭīna may yagūṣūna lahū wa ya‘malūna ‘amalan dūna żālik(a),
wa kunnā lahum ḥāfiẓīn(a).
(Kami
tundukkan pula kepada Sulaiman) segolongan setan yang menyelam (ke dalam laut)
untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain itu. Kamilah yang memelihara mereka
itu.
83
۞ وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ
وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ۚ
Wa ayyūba iż nādā
rabbahū annī massaniyaḍ-ḍurru wa anta arḥamur-rāḥimīn(a).
(Ingatlah)
Ayyub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku,) sesungguhnya aku telah
ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang
penyayang.”
84
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ فَكَشَفْنَا مَا بِهٖ مِنْ ضُرٍّ
وَّاٰتَيْنٰهُ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا
وَذِكْرٰى لِلْعٰبِدِيْنَ ۚ
Fastajabnā lahū fa
kasyafnā mā bihī min ḍurriw wa ātaināhu ahlahū wa miṡlahum ma‘ahum raḥmatam min ‘indinā wa żikrā lil-‘ābidīn(a).
Maka, Kami mengabulkan
(doa)-nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya, Kami mengembalikan
keluarganya kepadanya, dan (Kami melipatgandakan jumlah mereka) sebagai suatu
rahmat dari Kami dan pengingat bagi semua yang menyembah (Kami).
85
وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِدْرِيْسَ وَذَا الْكِفْلِۗ كُلٌّ مِّنَ
الصّٰبِرِيْنَ ۙ
Wa ismā‘īla wa idrīsa
wa żal-kifl(i), kullum minaṣ-ṣābirīn(a).
(Ingatlah
pula) Ismail, Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang sabar.
86
وَاَدْخَلْنٰهُمْ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّهُمْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
Wa adkhalnāhum fī raḥmatinā, innahum minaṣ-ṣāliḥīn(a).
Kami memasukkan mereka
ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang saleh.
87
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ
نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ
سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ
Wa żan-nūni iż żahaba
mugāḍiban fa ẓanna allan naqdira ‘alaihi
fa nādā fiẓ-ẓulumāti allā ilāha illā
anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn(a).
(Ingatlah
pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka
bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang
berlapis-lapis,493) “Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha
Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”
Catatan
Kaki
493) Maksudnya adalah kegelapan perut ikan,
kegelapan laut yang dalam, dan kegelapan malam hari.
88
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ
نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ
Fastajabnā lahū wa
najjaināhu minal-gamm(i), wa każālika nunjil-mu'minīn(a).
Kami lalu mengabulkan
(doa)-nya dan Kami menyelamatkannya dari kedukaan. Demikianlah Kami
menyelamatkan orang-orang mukmin.
89
وَزَكَرِيَّآ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا
وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَ ۚ
Wa zakariyyā iż nādā
rabbahū rabbi lā tażarnī fardaw wa anta khairul-wāriṡīn(a).
(Ingatlah)
Zakaria ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau
biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), sedang Engkau adalah
sebaik-baik waris.494)
Catatan
Kaki
494) Sekiranya Allah Swt. tidak mengabulkan
doanya, yakni memberi keturunan, Nabi Zakaria a.s. akan berserah diri kepada
Allah Swt. karena Allah Swt. adalah waris yang terbaik.
90
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ
زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا
رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ
Fastajabnā lah(ū), wa
wahabnā lahū yaḥyā wa aṣlaḥnā lahū zaujah(ū), innahum kānū yusāri‘ūna fil-khairāti wa yad‘ūnanā
ragabaw wa rahabā(n), wa kānū lanā khāsyi‘īn(a).
Maka, Kami mengabulkan
(doa)-nya, menganugerahkan Yahya kepadanya, dan menjadikan istrinya (dapat
mengandung). Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan
dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang
yang khusyuk kepada Kami.
91
وَالَّتِيْٓ اَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيْهَا مِنْ
رُّوْحِنَا وَجَعَلْنٰهَا وَابْنَهَآ اٰيَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Wal-latī aḥṣanat farjahā fa nafakhnā fīhā mir rūḥinā wa ja‘alnāhā wabnahā āyatal lil-‘ālamīn(a).
(Ingatlah
pula Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami meniupkan (roh) dari Kami
ke dalam (tubuh)-nya. Kami menjadikan dia dan anaknya sebagai tanda (kebesaran
Kami) bagi seluruh alam.
92
اِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةًۖ وَّاَنَا۠
رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْنِ
Inna hāżihī ummatukum
ummataw wāḥidah(tan), wa ana rabbukum fa‘budūn(i).
Sesungguhnya ini
(agama tauhid) adalah agamamu, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu. Maka,
sembahlah Aku.
93
وَتَقَطَّعُوْٓا اَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْۗ كُلٌّ اِلَيْنَا
رٰجِعُوْنَ ࣖ
Wa taqaṭṭa‘ū amrahum bainahum, kullun ilainā rāji‘ūn(a).
Akan tetapi, mereka
terpecah-belah dalam urusan (agama) di antara mereka. Masing-masing (golongan
itu) akan kembali kepada Kami.
94
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا
كُفْرَانَ لِسَعْيِهٖۚ وَاِنَّا لَهٗ كٰتِبُوْنَ
Famay ya‘mal minaṣ-ṣāliḥāti wa huwa mu'minun
falā kufrāna lisa‘yih(ī), wa innā lahū kātibūn(a).
Siapa yang mengerjakan
kebajikan dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan).
Sesungguhnya Kamilah yang mencatat untuknya.
95
وَحَرٰمٌ عَلٰى قَرْيَةٍ اَهْلَكْنٰهَآ اَنَّهُمْ لَا
يَرْجِعُوْنَ
Wa ḥarāmun ‘alā qaryatin ahlaknāhā, innahum lā yarji‘ūn(a).
Mustahil bagi
(penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan akan kembali (ke dunia),495)
Catatan
Kaki
495) Menurut sebagian mufasir, ayat ini juga bisa
diartikan dengan, ‘Mustahil bagi (penduduk) suatu negeri yang telah Kami
binasakan bahwa mereka tidak akan kembali (kepada Kami di akhirat untuk
dihisab)’.
96
حَتّٰىٓ اِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ وَهُمْ مِّنْ
كُلِّ حَدَبٍ يَّنْسِلُوْنَ
Ḥattā iżā futiḥat ya'jūju wa ma'jūju
wa hum min kulli ḥadabiy yansilūn(a).
hingga apabila
(tembok) Ya’juj dan Ma’juj dibuka dan mereka turun dengan cepat dari seluruh
tempat yang tinggi.
97
وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَاِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ اَبْصَارُ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ يٰوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا بَلْ
كُنَّا ظٰلِمِيْنَ
Waqtarabal-wa‘dul-ḥaqqu fa iżā hiya syākhiṣatun abṣārul-lażīna kafarū, yā wailanā qad kunnā fī gaflatim min hāżā
bal kunnā ẓālimīn(a).
(Apabila)
janji yang benar (yakni hari Kiamat) telah makin dekat, tiba-tiba mata
orang-orang yang kufur terbelalak. (Mereka berkata,) “Alangkah celakanya kami!
Kami benar-benar lengah tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang zalim.”
98
اِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ حَصَبُ
جَهَنَّمَۗ اَنْتُمْ لَهَا وٰرِدُوْنَ
Innakum wa mā
ta‘budūna min dūnillāhi ḥaṣabu jahannam(a), antum
lahā wāridūn(a).
Sesungguhnya kamu
(orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah bahan bakar (neraka)
Jahanam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.
99
لَوْ كَانَ هٰٓؤُلَاۤءِ اٰلِهَةً مَّا وَرَدُوْهَاۗ وَكُلٌّ
فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Lau kāna hā'ulā'i
ālihatam mā waradūhā, wa kullun fīhā khālidūn(a).
Seandainya
(berhala-berhala) itu tuhan, tentu mereka tidak akan memasukinya (neraka).
Semuanya akan kekal di dalamnya.
100
لَهُمْ فِيْهَا زَفِيْرٌ وَّهُمْ فِيْهَا لَا يَسْمَعُوْنَ
Lahum fīhā zafīruw wa
hum fīhā lā yasma‘ūn(a).
Mereka merintih dan
menjerit di dalamnya (neraka) dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar (apa
pun).
101
اِنَّ الَّذِيْنَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِّنَّا الْحُسْنٰىٓۙ
اُولٰۤىِٕكَ عَنْهَا مُبْعَدُوْنَ ۙ
Innal-lażīna sabaqat
lahum minnal-ḥusnā, ulā'ika ‘anhā mub‘adūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik untuk mereka dari Kami, mereka
akan dijauhkan (dari neraka).
102
لَا يَسْمَعُوْنَ حَسِيْسَهَاۚ وَهُمْ فِيْ مَا اشْتَهَتْ
اَنْفُسُهُمْ خٰلِدُوْنَ ۚ
Lā yasma‘ūna ḥasīsahā, wa hum fīmasytahat anfusuhum khālidūn(a).
Mereka tidak mendengar
bunyi desis (api neraka) dan mereka kekal dalam (menikmati) semua yang mereka
inginkan.
103
لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْاَكْبَرُ وَتَتَلَقّٰىهُمُ
الْمَلٰۤىِٕكَةُۗ هٰذَا يَوْمُكُمُ الَّذِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Lā yaḥzunuhumul-faza‘ul-akbaru wa tatalaqqāhumul-malā'ikah(tu), hāżā
yaumukumul-lażī kuntum tū‘adūn(a).
Kejutan yang dahsyat
(hari Kiamat) tidak membuat mereka sedih dan para malaikat akan menyambut
mereka (dengan ucapan), “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.”
104
يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِۗ كَمَا
بَدَأْنَآ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗۗ وَعْدًا عَلَيْنَاۗ اِنَّا كُنَّا
فٰعِلِيْنَ
Yauma naṭwis-samā'a kaṭayyis-sijilli lil-kutib(i), kamā bada'nā
awwala khalqin nu‘īduh(ū), wa‘dan ‘alainā, innā kunnā fā‘ilīn(a).
(Ingatlah)
hari ketika Kami menggulung langit seperti (halnya) gulungan lembaran-lembaran
catatan. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan
mengulanginya lagi. (Itu adalah) janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya
Kami akan melaksanakannya.
105
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى الزَّبُوْرِ مِنْۢ بَعْدِ الذِّكْرِ اَنَّ
الْاَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصّٰلِحُوْنَ
Wa laqad katabnā
fiz-zabūri mim ba‘diż-żikri annal-arḍa yariṡuhā ‘ibādiyaṣ-ṣāliḥūn(a).
Sungguh, Kami telah
menuliskan di dalam Zabur496) setelah (tertulis) di dalam aż-Żikr
(Lauhulmahfuz) bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.
Catatan
Kaki
496) Sebagian mufasir menyatakan bahwa Zabur
adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s., sedangkan aż-Żikr adalah
kitab Taurat. Menurut yang lain, Zabur adalah kitab-kitab yang diturunkan Allah
Swt. kepada nabi-nabi setelah ditulis di Lauhulmahfuz.
106
اِنَّ فِيْ هٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوْمٍ عٰبِدِيْنَ ۗ
Inna fī hāżā labalāgal
liqaumin ‘ābidīn(a).
Sesungguhnya di dalam
(Al-Qur’an) ini benar-benar terdapat pesan (yang jelas) bagi kaum penyembah
(Allah).
107
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Wa mā arsalnāka illā
raḥmatal lil-‘ālamīn(a).
Kami tidak mengutus
engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.
108
قُلْ اِنَّمَا يُوْحٰىٓ اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ
وَّاحِدٌۚ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Qul innamā yūḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid(un), fahal antum
muslimūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku hanyalah (ketetapan) bahwa
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, apakah kamu telah berserah diri
(kepada-Nya)?”
109
فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ اٰذَنْتُكُمْ عَلٰى سَوَاۤءٍۗ وَاِنْ
اَدْرِيْٓ اَقَرِيْبٌ اَمْ بَعِيْدٌ مَّا تُوْعَدُوْنَ
Fa in tawallau fa qul
āżantukum ‘alā sawā'(in), wa in adrī aqarībun am ba‘īdum mā tū‘adūn(a).
Maka, jika mereka
berpaling, katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku telah menyampaikan kepadamu
(seluruh ajaran sehingga kita mempunyai pengetahuan) yang sama. Aku tidak
mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh.”
110
اِنَّهٗ يَعْلَمُ الْجَهْرَ مِنَ الْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا
تَكْتُمُوْنَ
Innahū ya‘lamul-jahra
minal-qauli wa ya‘lamu mā taktumūn(a).
Sesungguhnya Dia
mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan mengetahui
(pula) apa yang kamu rahasiakan.
111
وَاِنْ اَدْرِيْ لَعَلَّهٗ فِتْنَةٌ لَّكُمْ وَمَتَاعٌ اِلٰى
حِيْنٍ
Wa in adrī la‘allahū
fitnatul lakum wa matā‘un ilā ḥīn(in).
Aku tidak mengetahui
(bahwa) boleh jadi hal itu (penundaan azab) merupakan cobaan dan kesenangan
bagimu sampai waktu yang ditentukan.
112
قٰلَ رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ
الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ ࣖ
Qāla rabbiḥkum bil-ḥaqq(i), wa rabbunar-raḥmānul-musta‘ānu ‘alā mā taṣifūn(a).
Dia (Nabi Muhammad)
berkata, “Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Tuhan kami adalah Tuhan
Yang Maha Pengasih (dan) yang dimintai segala pertolongan atas semua yang kamu
katakan.”